Beberapa
 abad yang lalu, ada seorang gadis yang berprofesi sebagai penari 
jaipong. Gadis itu sangat terrkenal sekali pada masanya. Gadis itu 
memiliki wajah yang cantik jelita dan memiliki body yang montok sehingga
 jadi rebutan para jawara dan juragan – juragan kaya. Peristiwa ini 
terjadi lagi di satu daerah Jawa Barat, tepatnya di Tega Lega. Setiap 
kali datang, arwah yang berwujud manusia yang berwajah sangat cantik 
jelita mengenakan pakaian seperti penari jaipong tempo dulu. Kedatangan 
dan penampakannya tidak bisa di perkirakan. Wujudnya laksana bayangan, 
karena ia sekarang hanyalah arwah yang gentayangan. Penampakan arwah 
penari jaipong, sudah aku alami sendiri di Bandung. Saat itu aku pergi 
dari jakarta menuju ke Bandung pada hari kamis. Setelah naik kereta aku 
langsung turun dari Stasiun aku menuju jalan raya untuk naik angkutan, 
kebetulan saat itu bertepatan dengan musim hujan. Tanpa aku sadari 
setelah turun dari angkutan umum tubuhku basah di guyur derasnya air 
hujan. Walaupun hujan terus membasahi diriku aku tetap melangkah dengan 
tegap, terus berjalan tanpa memikirkan air hujan yang terus turun. Aku 
berdoa agar dapat tumpangan sehingga lebih cepat sampai ke rumah sahabat
 ku yang bernama kak Sonya yang memang lumayan cukup jauh dari tempat 
pemberhentian angkutan umum. Biasanya di samping perjalanan banyak 
tukang ojek yang mangkal.
         “ Pada kemana tukang ojek? Biasanya banyak mungkin mereka sedang mengantar penumpang.” Kata ku dalam hati.
 Karena tubuhku sudah basah kuyup oleh air hujan. Tidak berpikir panjang
 aku memutuskan untuk berteduh di tempat pangkalan ojek. 
         “ 
Kebetulan di sana ada pangkalan ojek jadi untuk sementara, aku tidak apa
 – apa berteduh di sini dulu. Mungkin sebentar lagi tukang ojek sudah 
ada yang datang.” Pekik ku dalam hati. 
 Setelah sekian lama aku mulai resah karena tubuh ku sudak tidak kuat menahan dingin.
         “ Mana hujannya belum reda. Handphone lowbad pasti kak Sonya khawatir.” Pikirku bingung.
 Di dalam keadaan melamun, tiba – tiba di kejahuan aku melihat seorang 
wanita berparas cantik dan juga ayu berjalan dengan menggunakan payung 
dengan menggunakan payung melangkah ketempat ku berteduh. Sesaat aku 
merasa lega melihat kedatangan seorang wanita.
         “ Setidaknya aku tidak lagi sendirian. Paling nggak ada teman yang bisa di ajak bicara sambil menunggu ojek.”
 Setelah wanita itu tiba dan berteduh di samping ku aku langsung menyapanya. 
         “ Kaka, sedang menunggu tukang ojek juga, ya?” 
 Wanita di samping ku tersenyum sambil menjawab. “ Iya.”
         “ Aku juga menunggu. Tapi dari tadi tukang ojeknya belum juga datang.” Sahut ku.
 Walaupun baru pertama melihat dan berkenalan aku merasa mulai akrab. 
Sepertinya aku merasa sudah mengenal wanita ini. Kemudian aku bertanya 
kembali.
         “ Apakah kaka tidak takut pulang sendirian di larut malam dan hujan deras seperti ini.” 
         “ Kaka sudah terbiasa pulang malam dan menghadapi hujan deras seperti ini.” Jawab wanita cantik itu sambil tersenyum.
 Sesaat aku merasakan menghirup sesuatu yang wangi. Aku piker aroma itu 
berasal dari wanita yang berdiri di samping ku. Aku pun merasa 
terhipnotis karena sama sekali tidak sadar jam sudah menunjukan pukul 
10:00 malam. Ketika menyadarinya aku mulai gelisah. Memandang wajah ku 
yang gelisah wanita itu berbicara.
         “ Kaka permisi dulu ya, 
dik. Kaka piker tukang ojek tidak mangkal di karenakan hujan jadi 
rasanya tidak mungkin di tunggu lagi.” Kata wanita itu. 
 Melihat aku
 diam saja, wanita berwajah ayu itu bertanya lagi. “ Rumahnya dimana? 
Ayo sekalian pulang sama kaka kebetulan kaka ada payung. Nggak baik anak
 gadis malam – malam sendirian di sini.” Ajaknya. 
 Aku hanya 
mematung mendengar tawarannya namun tanpa pikir panjang aku berjalan 
dalam satu paying dengan wanita cantik yang baru aku kenal satu jam 
lalu. 
         “ Kaka selalu pulang larut malam, ya?” 
         “ Benar, karena pekerjaan kaka seorang penari.” Jawabnya lembut. 
         “ Pantas busana yang di kenakannya seperti seorang penari.” Kata ku dalam hati.
 Tidak lama kemudian kami sampai di persimpangan jalan, satunya lurus 
dan jalan satunya lagi mengarah ke kanan. Aku mengambil jalur lurus 
sedangkan wanita berwajah ayu itu mengambil arah lurus.
         “ Dik, kita berpisah sampai dini saja ya.” Kata wanita itu. 
 Belum sempat mengucapkan rasa terima kasih wanita yang menurut ku 
sedikit misterius itu mempercepat langkah kakinya dan aku pun mengambil 
inisiatif yang sama mempercepat langkah kaki ku supaya lekas sampai ke 
rumah kak Sonya sahabat ku. 
         “ Kaka pikir kamu nggak jadi 
datang kaka sampai ngecek ke stasiun. Kamu bikin kaka khawatir Baby. 
Biasanya kamu nggak pernah selarut mala mini kalau sampai kenapa nggak 
telepon.” Tanya kak Sonya yang sampai kaget. 
         “ Maaf kaka ponsel aku lowbad. Untung saja kaka belum tidur.”
 Kak Sonya hanya menggelengkan kepalanya. “ Ya sudah pergilah ke kamar 
mandi untuk membersihkan tubuh mu, ganti baju mu habis itu kamu makan 
kaka buat soto ayam kesukaan mu setelah itu istirahatlah.” Kata kak 
Sonya menasehati.
 Aku pun tidur sangat pulas dan bangun menjelang 
pukul 12:00 siang dan kak Sonya membiarkan ku tidur pulas.  Setelah 
mandi dan makan siang aku menceritakan kenapa aku terlambat sampai di 
rumahnya. 
         “ Memang bulan ini di Bandung sudah saatnya musim
 hujan. Jadi kebanyakan tukang ojek banyak yang malas untuk beraktifitas
 apa lagi di malam yang larut.” Kata kak Sonya menjelaskan 
         “
 Menurut orang sini musim hujan yang turun di daerah Tega Lega sedikit 
aneh. Cuaca dan hawanya sangat mendung serta rasa dinginnya sampai 
menusuk tulang belulang, kaka nggak ngerti kenapa kamu bisa bertahan di 
luar sejak jam 06:00 sampai jam 10:00 malam dalam keadaan tubuh yang 
basah kuyup.” Kata kak Sonya lagi. 
 Aku baru sadar dengan apa yang 
di katakan kak Sonya. Aku memang kedinginan tapi rasa dingin itu hilang 
setelah aku bertemu dengan kaka cantik malam itu. Namun aku belum 
menceritakan pertemuan ku dengan seorang kaka berwajah ayu kepada kak 
Sonya. 
 Sekitar jam 06:00 sore sehabis mandi dan ibadah. Aku pergi 
keluar rumah sambil membawa payung. Aku masih penasaran kepada kaka 
cantik yang mengantar ku pulang malam itu. Karena kaka bersuara merdu 
itu belum sempat member tahu namanya. 
         “ Aku kagum padanya. 
Dia wanita yang sangat berani tidak terlihat sedikit pun terlihat 
ketakutan di wajahnya yang mulus namun agak sedikit pucat mungkin karena
 cape.” Pikir ku.
 Kemudian aku ke persimpangan jalan tempat aku dan 
kaka penari jaipong itu berpisah. Tiba – tiba aku merasa tubuh ku dingin
 perut ku terasa mulas dan jantung ku berdetak lebih cepat, kepala ku 
pun terasa sangat pusing. Aku menggeleng dan berbicara sendiri.
     
    “ Ternyata di tempat ini tidak ada persimpangan jalan. Tapi aku 
sangat dan amat yakin aku berpisah dengannya di tempat ini. Dan penari 
jaipong itu mengarah ke simpang kanan. Tetapi mana persimpangannya? Dan 
yang lebih membuat ku terkejut ketika aku memandang di sebelah kanan 
jalan hanyalah beberapa kuburan yang sudah tidak terawat. Dalam keadaan 
panic aku langsung meninggalkan tempat itu aku tidak berjalan lagi 
melainkan berlari sekencang – kencangnya agar dapat lekas sampai 
ketempat kak Sonya.”
 Setelah tiba di rumah, aku langsung menceritakan peristiwa kepada kak Sonya dengan napas tersengal – sengal. 
 Kak Sonya tampak terkejut dengan apa yang aku kisahkan. Kemudian dia 
mengucap rasa syukur karena aku selamat dari pengaruh roh penasaran itu.
         “ Beberapa minggu ini banyak orang yang sudah menjadi korban 
kejailan wanita jaipong itu. Terutama para tukang ojek dan orang – orang
 sini.”
 Kak Sonya menceritakan kisah arwah penari jaipong itu. Aku pun mendengarkan dengan serius 
         “ Sekitar 29 tahun lalu ada penari jaipong yang sangat 
terkenal. Selain cantik ia juga berwajah sangat ayu. Tubuhnya yang 
aduhai menjadi bahan rebutan para jawara dan juragan – juragan kaya. 
Sering terjadi pertumpahan darah karena hanya ingin memiliki dara cantik
 itu. Dan banyak orang – orang yang tewas gara – gara wanita itu bahkan 
ada seorang istri dan anak yang kehilangan ayah mereka karena membela 
penari jaipong itu. Pada akhirnya penari jaipong itu di bunuh secara 
tragis oleh salah seorang jawara miskin yang tidak berhasil mendapatkan 
cintanya. Sebelum di bunuh penari jaipong itu di perkosa secara brutal 
oleh jawara miskin itu. Setelah tewas tubuhnya di potong – potong 
menjadi 17 bagian. Beberapa bagian potongan badan penari itu kemudian di
 kubur di berbagai tempat. Kata orang sini kalau potongan – potongan 
tubuhnya bisa di satukan maka nyi jaipong itu akan hidup kembali.”
         “ Kenapa dia sering menampakan wujudnya di daerah Tega lega ini, ka?” Tanya ku penasaran.
         “ Karena di Tega lega ini dulu arwah penari jaipong yang semalam menemani mu sering menari.” Ujar kak Sonya.
 ***      
 THE END
 
 
 
BABY SALINI
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»»  Baca Selengkapnya » ...