Jumat, 20 September 2013

ARWAH KORBAN MUTILASI YANG MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN DIRINYA

 
Gaby gadis manis yang berusia 22 tahun merantau dari desanya di Mawar Kembangan, Bandung menuju Jakarta. Hanya berbekal ijazah SMA dara manis ini mencoba melamar pekerjaan di kota metropolitan Jakarta. Karena di Jakarta Gaby tidak mempunyai sanak family ia tinggal bersama Lilis sahabat kecilnya di desa Mawar Kembang. Di Jakarta Lilis bekerja di rumah sakit Rose Hospital sebagai penjaga kamar mayat.
“ Gimana, By kamu mau menerima tawaran ku bekerja sebagai penjaga kamar mayat di Rose Hospital?” Tanya Lilis serius di suatu sore ketika mereka sedang asik menikmati tea manis hangat dan sepiring pisang goring.
Gaby menghela nafas.“ iya, aku mau ….” Jawabnya ragu.
***
Hari ini hari pertamaGaby bekera sebagai penjaga kamar mayat.
“ By, tugas kamu memasukan dan menjaga mayat di freezer yang ada di dalam ruang penyimpanan jenazah.” Kata Lilis menjelaskan.
Mayat di sini ada yang tidak punya family atau belum di ambil keluarganya ada pula jenazah korban kecelakaan yang akan di lakukan visum oleh dokter forensic untuk kepentingan polisi dan macam kasus lainnya.
Tapi kali ada jenazah yang membuat Gaby dan Lilis merinding.Mayat
yang mereka tunggui kali ini adalah mayat korban mutilasi dan belum di ketahui identitasnya.Jenazah yang di potong menjadi tiga bagian itu di duga karena suatu pembunuhan sadis.
“ Aduh, Lis kasihan pisan wanita geulis itu?” kata Gaby sambil memandang mayat wanita yang kehilangan kepala dan kedua kakinya itu.
“ Iya semalam the aku lihat berita di televisi mayat wanita itu di temukan 15 km dari rumah sakit tempat kita kerja.” Jawab Lilis.
***
Belakangan para polisi terus melacak bagian organ tubuh yang hilang milik perempuan malang itu. Sementara polisi ahli forensic bersama dokter memvisum bagian tubuh secara mendalam, untuk mengindevikasi siapa sebenarnya korban.
“ Aku takut, lis!” kata Gaby suatu kali di kamar mayat saat sedang membersihkan mayat korban kecelakaan.
“ By, kamu nggak boleh takut. Bila kamu ketahuan takut, kamu bisa di pecat dari rumah sakit dan tidak di perbolehkan lagi bekerja sebagai penjaga kamar mayat.”
Karena takut di pecat, maka Gaby memberanikan diri berjaga setiap di antara mayat – mayat itu.Apa lagi kalau ada mayat yang dating di tengah malam mau tidak mau Gaby membersihkan dan mengurusnya.
***
Mayat korban mutilasi yang membuat Gaby takut sudah hampir seminggu di dalam freezer.Jenazah itu didinginkan agar tidak membusuk.Malam ini malam jumat kliwon Gaby berjaga di kamar mayat sendirian.Lilis sedang cuti karena kaka perempuannya yang pertama menikah.
“ Aduh … Lis, tega pisan eui ninggalin aku sendiri disini.”Pekiknya merinding.
Tengah malam saat hujan turun yang bergemericik di atap kamar mayat, Gaby merasa di ganggu oleh suara rintihan perempua yang kesakitan.Arah suara itu dating dari bagian barat kamar mayat.Persis di bawah pohon beringin besar berumur puluhan tahun yang sudah ada sebelum Rose Hospital di bangun.Malam itu bukan Cuma kamar mayat yang sangat sepi.Para suster semua berjaga di ruang suster dan para dokter jaga malam sibuk di kamar kerja masing – masing.
“ Andai saja aku bisa kuliah akademi perawat, mungkin aku akan menjadi suster. Bukan menjadi penjaga kamar mayat di tempat yang sunyi ini.” Keluhnya memecahkan keheningan malam.
Untuk mengusir rasa kantuknya Gaby mengeluarkan handphone dari sakunya untuk bermain facebook.Suara rintihan itu mula – mula perlahan, tapi lama kelamaan semakin keras.
“ Tolong … to … to … long …”
Suara rintihan itu berubah menjadi lolong kesakitan yang sangat memilukan.Suara wanita itu berasal dari balik pohon beringin raksasa itu.
“ Siapa perempuan berteriak meminta tolong di tengah malam di bagian barat kamar mayat itu?” piker Gaby.
Dengan senter yang ada di handphone Gaby, Gaby mencari tahu sumber suara melengkin itu.
“ Jangan – jangan ada wanita terluka yang minta bantuan?” piker Gaby kembali.
Dengan langkah ragu dara manis itu menuju pohon beringin yang gelap. Gaby menyenteri tempat yang pikirnya ada sosok wanita yang berteriak itu.Tapi sayang, suara lolongan itu hanya suara.Sosok wanitanya sendiri tak dapat di temukan Gaby.
Karena penasarn Gaby melangkahi beberapa pohon kecil untuk mendekati pagar arah danau.Sementara hujan makin deras.
“ Duh … seragam putih – putih ku jadi basah.”
Pada saat senter Gaby mengarah ke dahan – dahan beringin yang rimbun, jantungnya berdetak hebat.Sesaat setelah senter menancap, terlihat jelas oleh Gaby kepala dan sepasang kaki perempuan tanpa badan di atas dahan.Rambut wanita itu lurus lebat dengan mata bulat hitam dan giginya yang berdarah – darah.Sementara bagian leher dan kakinya Nampak terputus bekas tebasan benda yang tajam.
“ Tolong … tolong bawa aku turun! Tolonglah aku!” teriak potongan kepala wanita itu mulutnya terbuka dan matanya membelalak.
“ Demi Tuhan, seumur hidup baru kali ini aku melihat kepala manusia tanpa badan yang bisa bicara dan yang lebih aneh suara keras itu tak mampu menarik perhatiaan suster dan dokter yang jaga malam itu dan sepertinya hanya aku yang mendengar suaranya.” Kata Gaby takut.
“ Mungkin juga yang melihat sosoknya hanya aku di malam jumat keramat yang dingin ini.”
Bulu kuduk Gaby merinding seketika dan rasa takut membucah hebat dalam batinnya.Dengan langkah agak gontai, Gaby masuk ke kamar mayat.Rasa takut membuatnya terbirit – birit lari menyelamatkan diri.Di kuncinya pintu kamar mayat rapat – rapat.Gaby menyelinap di meja freezer penyimpanan jenazah. Di saat ia telah tenggelam di bawah meja. Tiba – tiba pintu freezer terbuka sendiri.Gaby mengintip dari bolongan meja kea rah freezer.
“ Oh Tuhan, tangan dan badan satu persatu keluar dari freezer melompat – lompat kearah pintu.”
Melihat keanehan itu, Gaby makin gemetar.Otaknya terasa berat dan kepalanya menjadi pusing. Rasa lemas tiba – tiba menggerayangi tubuhnya yang dingin. Potongan tangan dan badan mayat mayat korban mutilasi itu berusaha membuka pintu.Dengan sendiri pintu yang terkunci itu terbuka.Anggota tubuh yang yang terpisah itu melompat keluar kamar mayat.
“ Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Aneh tapi ajaib!” pekiknya bingung dan takut.
Karena takut dan tidak ingin di pecat, Gaby memaksakan dirinya melawan ketakutannya.
“ Bila jenazah mutilasi itu hilang aku bukan hanya di pecat tapi di penjarakan, aku di anggap kurang becus sebagai penjaga malam hingga mayat korban mutilasi itu hilang dari freezer.”Pikirnya takut.
Berusaha menahan takut, Gaby merangkak sebisanya mengikuti kemana arah potongan organ tubuh wanita itu.Dengan sedikit keberaniaan yang ada, karena tidak mau mendekap di penjara, Gaby mengikuti potongan organ tubuh pucat itu.
Dengan mata sayu, Gaby dapat melihat potongan organ tubuh itu melompat berbelok kea rah barat tempat pohon beringin yang ada kepala dan kakinya terletak di atasnya.
“ Ya … Tuhan!” Gaby kaget untuk kesekian kalinya.
Kepala dan kaki wanita yang berteriak minta tolong tadi melata seperti ular.Kepala dan kaki itu menemui tangan dan badannya yang mendekat ke akar pohon.
Sungguh tidak masuk akal, tiba – tiba potongan organ tubuh yang terpisah – pisah itu kini menyatu membentuk organ tubuh yang sempurna.Dalam keadaan tubuh yang utuh, wanita itu menghilang dalam kegelapan menuju arah barat.Karena di landa rasa bingung dan panic. Gadis malang itu berteriak memanggil mayat hidup itu supaya kembali ke kamar mayat.
“ Hei, mau kemana? Tolong kembalikah ke kamar mayat! Kalau kamu hilang dari kamar mayat, saya akan di pecat bahkan di penjarakan. Tolong kasihanilah saya! Saya Cuma gadis miskin yang merantau ke Jakarta untuk bekerja.” Pinta gaby sambil menangis.
Sosok korban pembunuhan sadis itu tidak merespon.Sosok itu tetap pergi dan menghilang kearah barat.Gaby menerangi lokasi di mana arahnya perempuan itu pergi dan tak di temukannya lagi.Kejadiaan ini membuat Gaby trauma hebat.Bayangan negative mempengaruhi pikirannya.
“ Ya Tuhan, hanya kepada mu tempat ku mengadu. Selamatkan aku Tuhan.” Doa Gaby di balik air matanya yang berderai.
Dengan lemas dan batin yang sangat menyiksa.Gaby beranjak kembali ke kamar mayat.Di liriknya freezer tempat mayat wanita itu kabur.
“ Aneh, kenapa freezer itu tertutup? Padahal tadi terbuka?” Tanyanya dalam hati.
Dengan perasaan putus asa dan tak semangat, dengan ragu Gaby membuka kembali freezer yang menyimpan mayat itu.
“ Aneh, mayat wanita itu masih ada di situ dan tetap pada posisi yang sama.”
“ Mayat siapa tadi yang keluar?” Tanya Gaby dalam hati.
“ Apa aku bermimpi? Atau berhalusinasi?” tanyanya lagi pada diri sendiri.
Untuk meyakinkan dirinya tidak bermimpi atau berhalusinasi Gaby mencubit tangannya sendiri dan memukul pipinya dan terasa sakit.
“ Bearti aku tidak bermimpi maupun berhalusinasi.”
***

Keesokan harinya setelah Lilis kembali bekerja. Gaby menceritakan peristiwa yang sudah ia alami. Lilis meyakini keterangan Gaby.Karena Lilis tahu sahabatnya yang satu ini orang jujur.Untuk itu Gaby di izinkan oleh polisi yang menyelediki kasus mutilasi tersebut melihat foto – foto orang yang di nyatakan hilang dan mungkin satu di antaranya ada yang di kenali oleh Gaby.
“ Mungkin sosok yang nona lihat itu ada di antara beberapa lembar foto wanita ini.” Tanya AKP Dika, dari polres DKI Jakarta.
Karena wajah perempuan yang merintih di atas pohon beringin itu elas sekali di lahat Gaby.Maka Gaby memperhatikan satu demi satu foto yang di perlihatkan padanya.Akhirnya ada satu di antara foto yang sangat mirip dengan wajah kepala yang menyangkut di dahan pohon beringin.
“ Nama gadis malang itu Karina, warga Kuningan, Jakarta.” Kata AKP Dika menjelaskan.
Dan benar saja polisi segera menemukan keluarga.
Keluarga Karian membenarkan ciri – ciri yang di beri tahu polisi.
Sementara kepala dan kaki Karina, benar – benar di temukan di bagian barat rumah sakit. Tempat lokasi yang di tuju oleh Karina saat ia pergi dari kamar mayat. Kepala dan kaki Karina di temukandalam keadaan membusuk di dalam rongsokan perahu kayu yang berjarak 700 meter dari Rose Hospital.
Seminggu kemudian pembunuh mayat wanita malang itu tertangkap oleh polisi, dia adalah seorang pengusaha film yang menjadi kekasih gelap Karina. Hanya karena Karina menuntut pertanggung jawabannya untuk menikahinya.Pria sadis yang sudah menghamili dan bernama Evan itu membunuh Karina dan memotong – motong mayatnya dengan sadis dan keji.
Karena peristiwa itu Gaby seorang gadis yang polos mendapat penghargaan khusus dari pihak kepolisian karena mengunkap misteri pembunuhan yang memusingkan dan menyulitkan polisi untuk mencari pelakunya.
Pihak rumah sakit pun memberikan dana untuk Gaby kuliah akademi perawat hingga lulus dan setelah lulus Gaby akan menjadi perawat tetap di Rose Hospital.
“ Terima kasih Tuhan aku dapat mewujudkan cita – cita ku menjadi seorang perawat.”
“ Dan terima kasih Gaby berkat keberanian mu kamu dapat mengungkap kasus pembuhan diri ku.” Kata Karina di balik pohon beringin Rose Hospital.

The and
Terinspirasi dari seorang penjaga kamar mayat siloam hospital
Tempat dulu ku bekerja .
 BABY SALINI

1 komentar:

Apa Komentar anda tentang post ini?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...