Minggu, 15 Juli 2012
Keangkeran Jalan Awiligar, Bandung
Assalamuallaikum warrahmatullahi wabarrakatu. Salam sejahtera untuk kalian para insan muda. Perkenalkan namaku Zaky, aku ingin menceritakan pengalaman temanku yang kebetulan aku yang mendengarkan langsung cerita temanku. Langsung saja.
Mungkin bagi kalian yang orang Bandung pernah mendengar nama jalan Awiligar, jalan di kaki bukit di Bandung Utara. Aku tinggal di sebuah kosan, rumah besar di daerah bukit Tigar beserta temanku Gian. Waktu itu Gian hendak pergi menuju rumah pacarnya yang berada di daerah Taman Pramuka. Sekitar jam setengah 6 sore Gian mulai meninggalkan kosan, Gian memutuskan melewati jalur alternatif malalui jalan Cukanggawung, karena jam segini jalan Cikondang suka macet karena jam pulang kerja.
Karena hujan yang cukup deras, temanku Gian mengemudikan mobilnya pelan-pelan (juga karena jalan menuju Awiligar kondisinya rusak dan berlubang), dan saat Gian melewati jalan Ligaria, di tengah-tengah rimbunnya pohon bambu, mobilnya tiba-tiba tersendat-sendat dan mendadak mati. Gian terus mencoba menjalankan kembali mobilnya tapi ternyata tak bisa.
Hujan yang turun membuat Gian mengambil payung dan memeriksa mesin mobilnya. Setelah lama mengotak-atik akhirnya Gian kembali ke dalam mobilnya berharap mobilnya bisa dinyalakan, tapi tetap tidak bisa.. Tiba-tiba "ckrrraakk brraaaggkk", Gian terkejut saat pintu belakang mobilnya tiba-tiba terbuka dan tertutup sendiri. Dengan rasa takut Gian melihat ke belakang jok mobilnya, tetapi tidak ada siapapun dan sekarang jok belakangnya terlihat basah.
Tiba-tiba Gian melihat sorot lampu mobil dari arah tikungan, reflek Gian menekan klakson mobil beberapa kali. Tapi hampir lima menit tak ada juga mobil yang melintas, Gianpun mencoba turun kembali dari mobil. Belum lama turun, Gian mendengar suara dari pohon bambu yang ada disebelah kanannya, dan tiba tiba Gian melihat sekelebat bayangan lewat diantara sisi-sisi pohon bambu tersebut. Gianpun kembali ke mobil dalam keadaan basah kuyup. Tiba-tiba Gian merasakan hembusan angin cukup kencang, dan samar-samar terdengar suara tertawa seorang nenek-nenek. Spontan Gian menengok ke belakang dan sekali lagi tak ada apa-apa disana.
Ketika sedang berusaha kembali menjalankan mobilnya, matanya terkunci pada spion. Saat itulah Gian melihat sekilas dari spion tengah mobilnya ada seorang nenek-nenek yang duduk di belakang kursi mobilnya. Gianpun membalikkan muka dan terus menyalakan mobilnya sampai akhirnya mobilnya menyala, dan Gian memberanikan diri lagi untuk melihat spion tengah, ternyata nenek-nenek tersebut sudah menghilang. Gian langsung memundurkan mobilnya dan mengurungkan niatnya lewat jalan itu, dan kembali kekosan. Belum jauh Gian berjalan, dia mendengar kembali suara tawa nenek-nenek tesebut.
Sesampainya di kosan, dia langsung menelponku (Zaky) untuk menceritakan kejadiannya. Setelah Gian menelponku, Gian mendengar suara pintu (rumah) kosan terbuka. Gian mencoba mengintip ke pintu depan sampai "kkrrraaakkk", terdengar suara pintu tertutup sangat keras. Selangkah-selangkah Gian mundur dan masuk kamar. Saat di kamar Gian langsung menutup pintu dan menenangkan diri, namun kali ini dia mendengar suara tawa itu lagi dan senandung seperti penyinden.
Aku (Zaky) menggedor-gedor pintu kamar Gian dan mendapati Gian sedang ketakutan, dan aku berusaha untuk menyadarkan dia. Setelah dia tenang, aku membawanya pergi keluar menuju warung yang tak jauh dari kosan kami, dan kami menceritakan ulang kejadian yang baru dialami oleh temanku Gian. Kata penjaga warung, memang daerah itu terkenal angker dan sesosok nenek-nenek selalu menjahili orang yang lewat situ pada waktu menjelang maghrib. Dan penjaga warung itu berpesan pada Gian bahwa esoknya dia harus kembali ke jalan tersebut untuk mengantar sosok nenek tersebut pulang, karena sekarang sosok tersebut sedang mengikuti Gian.
Sekian dari ceritaku, semoga kalian bisa memberi saran yang membangun. Terimakasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa Komentar anda tentang post ini?