Senin, 30 September 2013

KISAH NYATA MAYATNYA DI HIDUPKAN UNTUK MEMBALAS DENDA

Minggu pagi itu setelah beribadah di Pura aku memutuskan untuk menziarahi makam temanku di daerah Untung Jawa, Tanggerang. Setelah menaburkan bunga segar dan air mawar aku mendoakan. Saat aku memutuskan untuk pulang mata ku menangkap kuburan yang penuh dengan semak – semak yang sudah tidak terawat lagi. Aku menghampiri penjaga makam yang sedang duduk menikmati kopi hangat dan kue pancong.
“ Permisi, kang! Mau tanya kenapa ya semua makam di sini terawat dengan baik tapi kenapa makam yang satu itu tidak terawat?”
Penjaga makam itu menghela nafas berat.
“ Neng, mau dengar kisahnya?”
Aku mengangguk. “ Iya.” Kataku penasaran.
***
Nama gadis itu Anisa. Biasanya di panggil Nisa usianya baru 19 tahun. Wajahnya cantik. Kulitnya putih dan rambutnya panjang hitam sepimggang. Setiap pria yang meliriknya menjadi suka. Tak ada yang menduga kecantikan yang di milikinya menjadi malapetaka untuknya. Banyak pemuda yang jatuh hati, namun ada pula yang sakit hati karena cintanya tidak di terima oleh Nisa. Nisa hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Orang tuanya telah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama kedua kakanya. Kakanya yang pertama laki – laki bernama Ujang hanyalah seorang nelayan. Sedangkan kakanya yang kedua bernama Fitri ia mengalami cacat fisik kehilangan tangannya sejak lahir. Namun kemiskinan tidak membuat Nisa putus asa. Setamat SMA ia berpikir untuk membantu kakanya yang pertama bekerja. Nisa bersyukur di terima bekerja di Moon Hospital sebagai Office Girl. Walaupun penghasilannya tidak besar. Tapi setidaknya ia bisa sedikit meringankan uang yang di perolehnya kepada Fitri, yang sangat menyayanginya.
“ Uangmu, sebenarnya untuk keperluanmu saja, Nisa.” Kata Fitri.
Tapi Nisa selalu keras kepala jika ia ingin membantu meringankan kebutuhan dapur. Melihat adik yang tulus membantu. Kedua kakanya selalu bersyukur. Suatu hari Ujang bertanya kepada Nisa.
“ Apakah kamu nggak kepikiran untuk punya pacar?”
Nisa menjawab dengan tersenyum.
“ Nisa belum kepikiran ke situ, Aa!” kata Nisa dengan suaranya yang lembut.
***
Suatu sore Ujang, Fitri dan Nisa sedang adik menikmati pisang goreng dan tea manis hangat buatan Nisa. Mereka bertiga bingung dengan kedatangan Lucky dan ibunya kerumah. Kedua tamu itu berpakaian sangat rapi seperti mau menghadiri hajadtan. Tapi begitu tahu maksud kedatangan mereka. Ujang, Fitri dan Nisa terkejut. Tapi yang paling terkejut adalah Nisa.
“ Niat kami ke sini untuk melamar neng Nisa menjadi menantu kami.”
Ujang dan Fitri sebenarnya sangat bahagia menerima lamaran itu. Tapi tidak dengan Nisa.
“ Aa ... Nisa belum kepikiran untuk nikah. Nisa ingin kuliah untuk mewujudkan cita – cita menjadi perawat. Karena itu Nisa bekerja dan untuk meringankan beban Aa dan juga kaka.” Kata Nisa menolak dengan halus.
Ucapan Nisa membuat Lucky kecewa.
Ibu Lucky merayu Nisa supaya menerima lamaran Lucky.
“ Kalau neng mau kuliah mudah. Setelah menikah, ibu akan menjual sebagian tanah peninggalan almarhum ayah Lucky untuk membiayai kuliah neng Nisa.” Kata Ibu Lucky.
“ Akang pun akan membantu kehidupan kedua kakamu.” Kata Lucky tegas.
Lucky sebenarnya pemuda yang cukup tampan. Sangat serasi bila bersatu dengan Nisa.
Sangat serasi bila bersatu dengan Nisa.
Mendengar rayuan dari ibunya dan Lucky. Nisa hanya diam.
“ Aku merasa kang Lucky bukan jodohku.” Hati Nisa berontak.
“ Semua kaka serahkan padamu, Nisa! Kami sebagai kaka hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu.” Kata Fitri.
Nisa merespon dengan menggeleng lemah. Menunjukan kalau dia benar – benar belum ingin menikah.
Perilakunya membuat Lucky kecewa.
“ Ya sudah, Lucky mungkin neng Nisa belum mau menikah. Pernikahan tidak bisa di paksakan.” Kata ibu Lucky menasehati.
Lucky merasa paling malu. Ia memandang Nisa dendam.
Sebenarnya Nisa mengenal Lucky. Pria itu bekerja di tempat yang sama seperti Nisa bedanya Lucky menjadi supir ambulance di Moon Hospital sedangkan Nisa menjadi Office Girl. Sikap urakan lucky yang suka mengganggu wanita membuat Nisa tidak suka. Ia pun tidak menduga kalau Lucky tiba – tiba datang menyuntingnya.
***
Kejadian Nisa menolak suntingan Lucky ternyata membuat Lucky patah hati dan ingin memberi pembalasan terhadap Nisa.
“ Kalau akang tidak bisa menjadikan neng Nisa istri maka orang lain pun tidak akan bisa.”
Minggu demi minggu berlalu, kejadian penolakan itu di pikirkan biasa oleh Nisa dan kedua kakanya. Nisa pun seperti biasa melakukan aktifitasnya sebagai Office Girldi Moon Hospital. Yang jaraknya 2 km dari tempat tinggalnya itu.
Tapi hingga suatu hari. Ada peristiwa yang membuat kedua kaka Nisa khawatir.
“ Hingga larut malam kenapa, Nisa belum juga pulang?” tanya Fitri cemas.
“ A ... Ujang pergilah kamu mencari Nisa!” kata Fitri lagi.
***
“ Dimana kamu, Nisa?” pikir Ujang ketika tiba di Moon Hospital tempat Nisa bekerja.
Ujang kemudian mencari tahu kerumah Bunga sahabat Nisa.
“ Waduh, kang sih Nisa teh udah pulang dari jam 08:00 malam tadi.” Kata Bunga.
“ Lalu kemana perginya si Nisa?” batin Ujang dengan Khawatir.
***
Ternyata sampai pukul 12:00 malam Nisa tidak juga pulang.
“ Kang Asep ... akang teh melihat Nisa? Sudah jam segini Nisa belum juga pulang.” Kata Ujang yang menghampiri Asep ke pos ronda.
“ Akang teh juga nggak ada lihat si neng Nisa. Memang pergi kemana?”
“ Dari tadi pulang kerja belum pulang ke rumah. Saya sudah mampir ketempat kerjanya, kerumah temannya. Tapi, nggak ada.” Ujang menjelaskan.
“ Nisa teh nggak pernah berperilaku seperti ini. Biasanya ia pulang ke rumah tepat waktu.” Kata Ujang semakin cemas.
Warga setempat yang kasihan pun terus menghampiri niat untuk bantu mencari.
“ Aneh, semua orang sudah membantu semua tempat sudah di periksa, sanak saudara pun sudah di kunjungi, bahkan rumah sahabatnya juga. Tapi neng Nisa juga nggak di ketemukan.” Kata salah satu tetangga yang mencari Nisa.
“ Lebih baik kita adukan kejadian ini ke polisi, Jang.” Kata kepala desa setempat kepada Ujang.
Dengan di temani oleh beberapa orang warga. Ujang melaporkan kejadiaan menghilangnya dara cantik ini.
“ Kami dari pihak kepolisian belum bisa segera bertindak karena belum ada yang di curigai membawa kabur Nisa.”
“ Bukankah, Nisa belum memiliki pacar ... kang Ujang.” Kata salah satu warga.
***
Tiga hari setelah menghilangnya Nisa desa itu mendadak menjadi heboh. Nisa telah di temukan. Tapi kondisinya sudah tidak bernafas. Menerima peristiwa ini, sulit di bayangkan hancur dan sakit hati kedua kaka perawan cantil itu.
“ Adik yang begitu ku sayangi ternyata di temukan tewas dalam kondisi menggenaskan.” Kata Fitri di balik isak tangisnya.
Badan Nisa penuh dengan luka tusukan, lehernya terjerat seutas kawat berkarat dan yang lebih ironis waktu di temukan tubuh Nisa dalam keadaan tanpa busana.
Fitri berulang kali pingsan karena tidak tega melihat kematiaan adiknya yang tradis itu.
“ Siapa manusia laknat yang membunuh Nisa dengan cara amat biadab.” Kata Ujang tak tahan membendung air matanya Ujang yakin Nisa di perkosa sebelum di bunuh.
Mayat Nisa di temukan oleh seorang nelayan, yang saat itu mau mengikat perahunya terkejut melihat sesosok mayat dalam posisi tengkurab mengambang di laut, sedangkan tangannya dan kakinya terikat seutas tali.
“ Jelas! Saudara Nisa korban pemerkosaan dan pembunuhan sadis!” kata salah satu polisi.
***
Berita tentang kematiaan Nisa menyebar.
“ Bayangkan seorang perawan desa meninggal dalam keadaan tragis.” Kata pembawa acara berita yang ada di televisi.
Kejadian tradis itu menjadi pembicaraan warga. Saat sanak family sedang tekun zikir di dalam tahlilan, sembunyi – sembunyi Ujang pergi meninggalkan rumah menjumpai seseorang di dekat laut. Orang itu memang hidup sendiri, jauh dari perkampungan, karena ia sudah lam di usir. Orang tersebut menguasai dunia hitam, dan semua orang membencinya. Saat berdiri di muka pintu, Ujang memberi salam. Dari dalam keluar nenek tua berbadan kurus yang di ketahui dengan sebutan nenek Siti.
“ Masuklah!” kata nek Siti mempersilahkan Ujang masuk.
“ Aku mengerti kamu telah di tinggalkan adik tercintamu. Kamu pasti penasaran siapa yang telah melakukan perbuatan biadab itu, dan ingin menuntut balas, bukan?” terka nenek Siti, seakan – akan nek Siti dapat mengetahui maksud kedatangan Ujang.
Ujang terhentak ketika mengetahui kekuatan nek Siti. Betul kata orang kampung nek Siti bukanlah orang biasa.
“ Iya, nek, saya mau orang – orang laknat itu mati dengan tragis, seperti mereka menghabisi nyawa adik ku.”
Nek Siti menghela nafas berat. Sambil membuang nafasnya perlahan – lahan, nek Siti kembali membuka matanya.
“ Nenek melihat adikmu di perkosa dan di bunuh oleh empat orang pemuda. Satu di antaranya pria tampan, dan tiga orang lagi sepertinya orang suruhan, tapi dalang dari semua ini ialah pria tampan itu.” Ucapnya dengan sorot mata merah melotot memandang Ujang.
Seluruh badan Ujang gemetar. Ia coba membayangkan dalam dirinya bagaimana penderitaan Nisa adik tersayangnya mencoba melawan biadab – biadab itu. Tanpa di rasakannya air matanya jatuh menetes.
“ Apa rencana mu? Mau di bunuh saja para pemerkosa dan pembunuh adikmu itu? Tanya nek Siti sambil tertawa.
Buatnya, menghabisi nyawa orang seolah – olah kegiatan yang sangat menggembirakan.
Ujang mengiyakan penuh amarah dan dendam. Untuknya tidak ada hal lain selain menuntut balas akan kematiaan Nisa adiknya.
“ Saya mau mereka semua mati, nek!” cetusnya penuh dendam.
***
Malam itu tepatnya malam jumat kliwon, setelah terjadi perjanjian rahasia antara Ujang dengan nenek Siti. Mereka berdua pergi meninggalkan gubuk nenek Siti di tengah pesisir pantai itu. Keduanya melangkah menjelajahi kegelapan malam. Lokasi yang di tuju adalah tempat tanah pemakaman umum. Bulan yang cantik mengumpat di balik awan. Langit terlihat gelap tanpa di temani bintang. Dan, malam yang sunyi itu, tidak ada satu pun orang yang mengetahui apa yang akan di kerjakan nenek Siti dan Ujang di tempat yang terkesan angker itu. Lolongan serigala di kejauhan yang sepertinya memberi sambutan selamat datang untuk mereka di tempat pemakaman umum itu. Gundukan tanah di mana Nisa di makamkan masih terlihat merah dan basah. Nisan yang mengukir namanya masih tampak jelas. Bunga segar yang menyelimuti tanah merah itu masih mengeluarkan aroma yang wangi. Tubuh Ujang terasa gemetar. Ia bersujud di depan pusara Nisa seakan tak bisa membendung tangisannya ia menangis sejadi – jadinya.
“ Hentikan tangisan mu dulu, Ujang! Kita masih ada kegiatan yang perlu di lakukan!” ucap nenek Siti.
Matanya yang melotot dingin melihat nisan Nisa yang diam. Di dalam kegelapan malam nenek Siti memandang Ujang.
“ Kamu kesinikan tangan kirimu, buruan Ujang!” tuturnya.
“ Untuk apa, nek saya harus memberikan tangan kiri saya?” pikir Ujang bingung.
Maka saat itu “ Crassss ...!”
Nenek Siti menggigit jempol Ujang dengan giginya. Ujang terkejut sesaat. Dan darah kental menetes dari jempolnya yang luka.
“ Apa yang nenek lakukan?”
Nenek Siti menekan jempol Ujang supaya darah kental itu mengalir dan menetes menyirami makam Nisa.
“ Aduh ... sakit, ne.” Kata Ujang meringis dan menahan sakit.
“ Rasa sakit yang kamu rasakan sama sekali tidak sebanding yang adikmu alami dan rasakan. Paham!” gertak nenek Siti.
Ujang tidak menyadari ayat yasin sedang bergema di rumahnya melantunkan doa untuk Nisa yang sudah berada di surga tapi di malam jumat kliwon ini ia dan seorang nenek yang menganut aliran sesat sedang melakukan ritual untuk menuntut balas.
“ Hanya karena ingin menuntut balas aku mau melakukan jalan sesat ini.”
Sambil terus menekan jempol Ujang, nenek Siti membaca mantra. Lalu keanehan terjadi dan membuat Ujang takut serta bingung.
“ Mengapa, nek tetesan darah yang menetes ke kubur adikku mengeluarkan asap?”
Nenek Siti tertawa. Suara tawanya terdengar begitu sangat menyeramkan.
“ Ayo, mari pulang! Biarkan adikmu sendiri yang menuntaskan dendamnya pada pembunuh dan pemerkosanya yang laknat itu.” Ucapnya sesaat, menarik tangan Ujang yang masih terdiam di depan nisan Nisa.
Angin bertiup sangat kencang menggoyangkan pohon. Dedaunan pun terlihat berguguran. Petir bergema rintik demi rintik hujan mulai turun dan dalam waktu dingkat sudah membasahi bumi dan makam Nisa. Kekuatan gaib sudah menguasai makam Nisa. Ujang masih terpana di sepan makam. Padahal ia sadar angin semakin kencang dan hujan semakin deras membasahi tubuhnya dan nenek Siti. Matanya nanar menatap gundukan tanah merah kuburan yang mulai basah. Kuburan beranjak turun naik seakan ada yang mendorong dari dalam.
“ Lekas, Ujang! Jangan kamu tengok lagi makam adikmu. Biarkan Nisa yang menuntut balas akan kematiannya itu.” Kata nenek Siti.
Dan suara serigala terdengar melolong lagi. Menambah suasana mistis di malam keramat itu. Nenek Siti menarik paksa lengan Ujang. Tapi Ujang tetap nekat bertahan.
“ Lekas Ujang! Kita musti kabur! Rohnya sanagt ganas dan tidak mungkin di hentikan!”
“ Apa yang nenek lakukan terhadap Nisa?” kata Ujang bingung.
Nenek Siti kelihatan marah. “ Sudah aku bilang, Nisalah yang akan menyelesaikan dendamnya. Kalau kita tidak segera kabur kita akan menjadi korbannya juga!”
***
Lucky habis mengantarkan mayat korban kecelakaan ke rumah duka di daerah jakarta selatan. Karena merasa lelah iya sengaja memarkirkan Ambulancenya di pinggir jalan yang agak sepi. Dan hanya dalam waktu sebentar ia sudah tertidur lelap. Baru setengah jam tertidur ia terbangun tubuhnya penuh keringat. Ia mengalami mimpi buruk tubuhnya yang kaku seperti mayat di kerubungi banyak lalat dan belatung.
“ Pertanda apa ini?”
Matanya melihat jam di tangannya. “ jam 12:00 malam.”
Ia beranjak turun berharap warung kopi di seberangnya masih buka. Udara malam terasa sangat dingin dan membuat Lucky semakin ngantuk.
Tiba – tiba. “ Wussssssssssssssss!”
Angin bertiup semakin kencang dan Lucky kedinginan.
“ Sial ... tutup lagi.” Pekiknya kesal.
“ Hah!” katanya. Lucky terkejut melihat pintu belakang ambulance dalam keadaan terbuka. Ia bergegas mau menutupnya. Tapi suara wanita yang lembut membatalkan niatnya.
“ Sendirian aja, bang?”
Lucky menoleh ke belakang dan melihat sosok penampakan yang mengerikan dan amat menyeramkan. Balutan kain kafan menutupi tubuh penampakan itu. Rambutnya panjang sepinggang dan seluruh tubuhnya di kumuri darah dan nanah yang berbau busuk.
Penampakan itu menghampirinya.
“ Ja ... ja ... jangan ...!” Lucky berteriak ketakutan. Ia menjauh tapi tangan yang berkuku panjang itu dengan cepat menangkapnya dan membawanya ke hadapannya. Tangan – tangan itu menusuk jantung Lucky seakan – akan ia tahu itulah pusat yang membuat Lucky hidup. Lucky tewas tanpa mengeluarkan suara.
Sejak peristiwa itu, roh Nisa terus bergentayangan menemani kesunyian malam setelah seratus hari kematiannya. Ia menemui orang – orang yang sayang kepadanya.
Saat menemui Aa dan kakanya mereka langsung tidak sadarkan diri.
Penampakannya sangat menyeramkan. Wajahnya yang cantik dan selalu ceria kini pucat dan tatapan matanya yang dulu berbinar kini tampak sendu. Tubuhnya pun masih berbalut kain kafan putih yang penuh lumpur.
Warga di sana dangat ketakutan. Setiap malam jumat mayat yang di hidupkan untuk membalas dendam itu menemui keluarga dan sahabatnya.
Menurut penglihatan beberapa warga yang secara tidak sengaja melihatnya. Roh perawan itu selalu menangis sambil terbang keliling kampung. Ada juga para nelayan yang mendengar rintihan dan lolongan minta tolong saat mereka mau mengikat perahunya di tempat mayat Nisa di temukan. Tapi tak ada satu pun yang berani menolong mereka hanya mampu mendengar setelah itu lari terbirit – birit.
Sekalipun Nisa sudah menuntut balas tapi mayatnya masih tetap berkeliaran di malam yang sunyi. Ia seolah – olah masih belum bisa menerima wafatnya yang menjemputnya tiba – tiba di saat ia masih ingin mewujudkan semua impian mulianya untuk menjadi seorang perawat.
Tapi aku merasa yang paling harus di salahkan atas keganjilan ini adalah nenek Siti yang sekarang ntah ada dimana.
Setelah satu tahun roh gadis cantik ini menghilang. Tapi hingga kini kejadian menggenaskan itu madih melekat di hati penjaga makam yang menceritakan kisah ini padaku. Kejadian naas itu telah berlalu 24 tahun. Dan sekarang kuburan Nisa tidak terawat lagi. Kedua kakanya telah lama meninggal, sementara familynya yang lain sudah pindah entah kemana.
Sebelum aku berniat menuliskan kisah ini aku sempat berdoa untuk Nisa semoga Tuhan menerima amal ibadahnya di ampuni segala dosanya dan semoga surga menjadi tempat hunian terakhirnya dan semoga dia tenang di alam sana. Di depan makamnya aku berjanji akan menuliskan kisah tragis ini untuk di baca semua teman facebook. Tapi semua nama aku samarkan untuk menghormati mendiang almarhum.
Aku juga telah mengumpulkan dana bersama teman – temanku untuk membetulkan makam Nisa. Dan sekarang makam itu kembali indah seperti dulu.
Sahabat facebook buat kalian yang membaca kisah ini aku mewakili almarhum meminta kalian untuk mengirim doa untuk Nisa. Dan akhir kata aku ucapkan banyak terima kasih untuk penjaga makam yang sudah menceritakan peristiwa pilu ini.
***
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»»  Baca Selengkapnya » ...

Jumat, 20 September 2013

aku di hamili hantu genderuwo

perkenalan Rama dengan Cinta telah terjalin gukup lama. Saat mereka masih sama – sama bekerja di Raflesia Hospital. Rama seorang dokter ahli bedah yang sangat tampan dan juga pintar. Banyak dokter wanita dan suster wanita yang menaruh hati pada dokter tampan dan berprestasi itu. Tapi Rama lebih menjatuhkan hati pada Cinta suter cantik dan terkenal akan keramahannya. Dan tak terasa hubungan yang mereka bina sudah masuk tahun ke dua. Dan timbul di pikiran Rama untuk menikahi gadis yang di cintainya.
“ Kamu mau, kan menikah dengan ku Cinta?” Tanya Rama suatu kali saat mereka sedang istirahat makan siang di kantin rumah sakit.
Dengan senyum malu cinta menjawab. “ Iya aku mau lagi pula pernikahan hal yang sacral dan paling mulia dalam hidup setiap insan.”
Hingga akhirnya pernikahan Rama dan Cinta berlangsung meriah. Semua berawal dari keputusan Rama dan Cinta bahwa setelah menikah Rama ingin Cinta tidak bekerja lagi. Rama ingin Cinta tetap di rumah dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dan biar Rama yang tetap mencari nafka.
Suatu hari Rama mendapat tugas seminar dari Raflesia Hospital untuk menghadiri seminar di Singapore. Walaupun berat ia harus menjalankan tugasnya. Bahkan perkawinannya dengan Cinta masih dalam rangka bulan madu sehingga begitu berat perpisahan ini bagi Rama maupun Cinta.
“ Kamu jaga diri baik – baik yah sayang!” pesan Rama sebelum pergi.
***
Karena merasa jenuh di rumah yang sebesar ini Cinta memutuskan untuk menginap di kediaman orang tuanya di puncak. Tapi alangkah terkejutnya Cinta setelah satu minggu tinggal di puncak bersama orang tuanya, Rama menyusulnya ke puncak. Menurut Rama dia tidak jadi berangkat ke Singapore karena ada penundaan. Akhirnya mereka berdua melanjutkan bulan madu mereka yang tertunda. Rama dan Cinta hidup penuh kebahagiaan. Rama begitu pintar memainkan rasa cinta dan kemesraannya. Terutama saat malam menjelang. Kekuatannya melebihi apa yang di bayangkan Cinta.
“ Sungguh seorang penjantan tangguh.” Ucap Cinta dalam hati.
Setiap selesai melakukannya kewajibannya sebagai seorang suami. Hanya satu yang di rindukan Cinta yaitu kata – kata romantic yang dulu sering di ucapkan Rama sewaktu pacaran.
“ Hal itu sekarang tak pernah lagi aku dengar, Ram.” Keluh Cinta dalam hati.
Kemesraan itu berlangsung hampir empat bulan lamanya. Hingga akhirnya ada suatu perasaan aneh dalam hati Cinta. Sebuah perasaan yang di alami setiap wanita setelah menikah. Cinta merasa ada kehidupan di dalam rahimnya. Untuk meyakinkan apa yang Cinta alami Rama membawanya ke dokter kandungan dan hasilnya sangat menyenangkan hati Cinta.
“ Selamat anda positive hamil.” Kata dokter yang memeriksa Cinta.
Betapa bahagianya Cinta. “ Ram, aku hamil dan kita akan segera mempunyai anak dan aku akan menjadi seorang ibu aku merasa jadi wanita yang sempurna.” Kata Cinta terharu.
Berita bahagia ini pun langsung di sebarkan Cinta kepada keluarga. Terutama orang tuanya. Rama pun tampak bahagia sekali.
***
Tak terasa usia kandungan Cinta sudah menginjak bulan ke tiga. Tiba – tiba Cinta di kejutkan oleh adiknya yang bernama Laksman, adik laki – laki Cinta satu – satunya.
“ Ka Cinta, ini ada telepon dari bang Rama di Singapore.” Ucapnya datar. Cinta tersentak kaget.
“ Apa! Ram … Rama di … di … Singapore? Kamu nggak lagi candainkan kaka, kan?” teriak Cinta terpekik.
“ Aku juga tidak dengar benar ka, coba kaka dengar sendiri nih.”
Lalu Cinta menempelkan kuat – kuat handphone yang di berikan Laksman. Dan benar, itu suara orang yang di cintainya oleh Cinta tak terdengar asing baginya.
“ Ya Tuhan … itu benar – benar suara Rama suami ku.”
Tiba – tiba Cinta jatuh dan tak sadarkan diri. Yang Cinta ingat ucapan terakhir Rama.
“ Sayang … kenapa setiap aku menghubungi mu handphone mu tak pernah aktif? Telepon rumah tak pernah di angkat. Aku mencari tahu ke rumah sakit tak pernah ada kabar dan untunglah aku mengetahui mu ada di rumah orang tuamu dari orang tua ku.”
Cinta baru sadar saat dirinya sudah berada di tempat tidur. Kemudian ia berteriak memanggil Rama. Tetapi tak juga ada jawaban. Bahkan kedua orang tua Cinta dan juga adiknya mencari ke sana ke mari, tapi tetap tidak ada hasilnya.
“ Kalau Rama selama ini berada di Singapore untuk seminar, lalu siapa sosok yang berbulan – bulan hidup bersama ku? Tapi suara di handphone itu jelas sekali suara Rama, karena aku tahu benar kata – kata romantic yang di ucapkannya sebelum menikah dulu. Tapi apa mungkin dalam sekejab Rama berada di Singapore? Ah … nggak mungkin.” Pikir Cinta bingung.
Cinta menceritakan semua keanehan yang terjadi terhadapnya kepada orang tuannya. Atas keputusan bersama Cinta meminta Rama segera kembali ke puncak tempat tinggal orang tua Cinta.
“ Sayang, aku harap kamu bisa memaklumi keputusan ini, semua demi kebaikan kita. Kamu tahu, Ram? Aku sedang mengandung, buah cinta kita.” Desah Cinta lewat telepon.
Ada sesuatu yang tidak enak di perasaan Cinta. Kecemasan dan ketakutan terus meneror pikiran Cinta saat sosok yang menyerupai Rama teringat olehnya.
“ Biarlah jika nanti Rama pulang, aku akan mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku selama ditinggal Rama pergi.”
Sejak Rama berencana akan pulang. Sosok yang menyerupai Rama tak pernah lagi terlihat. Dia seolah tahu dengan apa yang di rasakan oleh Cinta. Dengan menghilangnya sosok itu Cinta semakin curiga kalau sosok itu mungkin …?
“ Ya Tuhan, jangan – jangan dia hantu genderuwo yang banyak orang bilang senang melakukan hubungan hubungan intim dengan manusia? Menurut yang aku tahu mahluk itu merubah wujudnya menjadi orang yang kita kenal terutama menyamar sebagai suami supaya bisa melakukan hasratnya.” Pikir Cinta ngeri.
“ Ya Tuhan … , mudah – mudahan ini hanya perasaan ku saja. Semua hanya keisengan Rama untuk menggoda ku.”
Tapi perasaan Cinta sebagai wanita ada sesuatu yang mencampurinya dari dunia lain, dunia yang penuh kegaibpan yang sulit di cari tahu oleh Cinta. Yang membuat Cinta bingung saat dirinya di liputi berbagai pertanyaan. Justeru sosok itu menghilang entah kemana. Yang jelas tak pernah lagi muncul untuk menemui Cinta maupun keluarga Cinta. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga Cinta orang tua Cinta meminta Cinta menutup rahasia ini yang sudah di alami Cinta.
Dua minggu kemudian Rama pulang dari Singapore tentunya sudah siap dengan bernagai pertanyaan dan cerita untuk Cinta. Begitu juga Cinta, yang telah mempersiapkan diri untuk menerima segala resiko serta tuduhan yang di mungkinkan terucap dari pria yang di kenal baik dan sabar itu.
“ Cinta aku pulang sayang! Kamu sehat, kan?” ucap Rama sambil mencium bibir mungil Cinta. Tak lama kemudian calaon ayah itu mengelus perut Cinta yang sudah Nampak membesar.
“ Seperti keinginanmu dan calon anak kita, aku bisa kembali kesini dengan selamat. O… iya’sayang sudah trimester keberapa kandungan mu ini?”
Jantung Cinta berdenar hebat mendengar pertanyaan Rama. Walaupun sebenarnya Cinta sudah yakin cepat atau lambat pertanyaan itu pasti akan di lontarkan oleh Rama.
Dengan tergagap Cinta menjawab. “ Ti … tiga bulan, Ram.” Jawab Cinta Singkat.
“ Oh, iya kepergiaan mu ke Singapore ada dulu ada masalah? Atau mungkin tertunda?” Tanya Cinta menyelidik.
“ Kok yang di Tanya kepergiaannya dulu? Bukan kepulangan ku kemarin? Yang jelas lancarlah sayang.”
“ Bearti nggak tertunda? Atau bahkan kamu menghampiri aku ke puncak?” Tanya Cinta lebih lanjut.”
Dari sorot mata serta mimiknya Rama benar – benar jujur bahkan kini Rama yang seolah menjadi bingung dengan pertanyaan Cinta. Untuk menutupi kecurigaannya, Cinta langsung mengalihkan pembicaraan.
“ Ya Tuhan …, kalau begitu siapa sosok yang selama ini menjamah dan meniduriku? Bahkan menyebabkan aku hamil? Apakah benar dia adalah sosok mahluk halus? Bearti janin yang aku kandung ini adalah anak mahluk jahanam itu, mungkin hantu genderuwo?”
“ Jika janin yang ada di dalam Rahim ku ini benih Rama, itu tidak mungkin! Karena kepergiaan Rama ke Singapore, dua bulan yang lalu sedang bayi yang ku kandung ini sudah masuk bulan ke tiga. Oh … Tuhan.” Tubuh Cinta lemas seketika.
“ Aku sama sekali tak berdaya. Betapa jijiknya aku dan betapa bodohnya aku. Mungkin jika Rama mencermati hal ini dia akan mengetahuinya. Lalu?” Cinta sama sekali tak sanggup membayangkannya
.
“ Hukuman apa yang akan Tuhan berikan padaku? Tapi aku benar – benar tidak tahu kalau itu adalah tipu daya genderuwo yang menyerupai Rama.”
Cinta semakin takut dengan keadaan ini. Bahkan ia melalui hari – harinya dengan hati – hati takut jika sosok genderuwo itu kembali datang meyerupai Rama.
“ Ya Tuhan, iblis jahanam itu benar – benar memanfaatkan keadaan ini.” Gumamnya dalam hati.
Seminggu kepulangan Rama dari Singapore, Rama berkunjung ke rumah orang tuanya di bogor. Di samping menjenguk betujuan pula untuk memberi tahu kehamilan Cinta kepada orang tua dan sanak familynya. Saat itu Cinta tak bisa ikut karena harus mempersiapkan acara selamatan kehamilan Cinta.
Saat menjelang malam, ketika Cinta sedang berpakaian setelah mandi, tiba – tiba ia di kejutkan oleh suara yang berasal dari balik pintu. Dan suara itu sudah taka sing lagi bagi Cinta.
“ Cinta … sayang … buka pintunya! Ini aku Rama. Aku pulang sayang.” Pinta suara dari balik pintu itu.
Sejenak Cinta tertegun, di gunakannya kal sehatnya. Lalu tiba – tiba ia yakin sekali kalau itu bukanlah Rama suaminya. Dengan cepat Cinta melemparkan sebuah kitab suci agama hindu yang berada disamping tempat tidurnya. Dengan harapan seandainya yang muncul itu Rama, tidak akan melukainya. Tapi jika yang di balik pintu itu sosok genderuwo dengan izin dan kebesaran Tuhan dia akan binasa.
Terbukti setelah Weda itu di lemparkan tepat mengenai wajahnya. Sosok itu menjerit kepanasan. Kemuadian lari menuju segerumbul pohon mahoni dibelakang rumah orang tua Cinta. Namun sosok hitam bertubuh tinggi besar itu masih sempat mengancam Cinta.
“ Aku akan kembali menengok anak yang ada di dalam Rahim mu itu.”
“ Dengar mahluk terkutuk bayi yang ku kandung ini bukan darah daging mu.” Teriak Cinta keras, sehingga begitu mengundang para tetangga datang ke halaman belakang rumah.
Bahkan para tetangga menganggap Cinta kesurupan karena dalam keadaan hamil dan tepat saat maghrib berasa di belakang rumah.
“ Syukurlah mereka menganggap ku kesurupan karena bearti rahasia anak ini tak terbongkar.” Batin Cinta.
Sejak kejadian itu Cinta semakin waspada. Bahkan diam – diam Cinta berusaha mencari pendeta yang bisa menolongnya. Karena dia menganggap sosok itu sudah mulai nekat.
“ Bagaimana dengan anak yang aku kandung ini nantinya? Seperti apa wujudnya bila ia lahir?”
Akhirnya Cinta menemui seorang pendeta di Pura tanggerang. Yaitu pendeta Murti. Beliau menyarankan agar tepat jumat kliwon Cinta menyiapkan secangkir kopi pahit, singkong bakar, candu serta menyan putih yang di pasang si belakang rumah. Tepat jumat kliwon yang di tunggu keluarga Cinta. Semua sajen yang di tentukan pendeta Murti telah di siapkan oleh keluarga Cinta. Selang beberapa detik, angin kencang datang. Segerumbul pohon mahoni hampir merobohkan kediaman keluarga Cinta. Suara angin dan gesekan pepohonan terdengar begitu menyeramkan.
BERSAMBUNG
 
 baby salini
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»»  Baca Selengkapnya » ...

ARWAH KORBAN MUTILASI YANG MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN DIRINYA

 
Gaby gadis manis yang berusia 22 tahun merantau dari desanya di Mawar Kembangan, Bandung menuju Jakarta. Hanya berbekal ijazah SMA dara manis ini mencoba melamar pekerjaan di kota metropolitan Jakarta. Karena di Jakarta Gaby tidak mempunyai sanak family ia tinggal bersama Lilis sahabat kecilnya di desa Mawar Kembang. Di Jakarta Lilis bekerja di rumah sakit Rose Hospital sebagai penjaga kamar mayat.
“ Gimana, By kamu mau menerima tawaran ku bekerja sebagai penjaga kamar mayat di Rose Hospital?” Tanya Lilis serius di suatu sore ketika mereka sedang asik menikmati tea manis hangat dan sepiring pisang goring.
Gaby menghela nafas.“ iya, aku mau ….” Jawabnya ragu.
***
Hari ini hari pertamaGaby bekera sebagai penjaga kamar mayat.
“ By, tugas kamu memasukan dan menjaga mayat di freezer yang ada di dalam ruang penyimpanan jenazah.” Kata Lilis menjelaskan.
Mayat di sini ada yang tidak punya family atau belum di ambil keluarganya ada pula jenazah korban kecelakaan yang akan di lakukan visum oleh dokter forensic untuk kepentingan polisi dan macam kasus lainnya.
Tapi kali ada jenazah yang membuat Gaby dan Lilis merinding.Mayat
yang mereka tunggui kali ini adalah mayat korban mutilasi dan belum di ketahui identitasnya.Jenazah yang di potong menjadi tiga bagian itu di duga karena suatu pembunuhan sadis.
“ Aduh, Lis kasihan pisan wanita geulis itu?” kata Gaby sambil memandang mayat wanita yang kehilangan kepala dan kedua kakinya itu.
“ Iya semalam the aku lihat berita di televisi mayat wanita itu di temukan 15 km dari rumah sakit tempat kita kerja.” Jawab Lilis.
***
Belakangan para polisi terus melacak bagian organ tubuh yang hilang milik perempuan malang itu. Sementara polisi ahli forensic bersama dokter memvisum bagian tubuh secara mendalam, untuk mengindevikasi siapa sebenarnya korban.
“ Aku takut, lis!” kata Gaby suatu kali di kamar mayat saat sedang membersihkan mayat korban kecelakaan.
“ By, kamu nggak boleh takut. Bila kamu ketahuan takut, kamu bisa di pecat dari rumah sakit dan tidak di perbolehkan lagi bekerja sebagai penjaga kamar mayat.”
Karena takut di pecat, maka Gaby memberanikan diri berjaga setiap di antara mayat – mayat itu.Apa lagi kalau ada mayat yang dating di tengah malam mau tidak mau Gaby membersihkan dan mengurusnya.
***
Mayat korban mutilasi yang membuat Gaby takut sudah hampir seminggu di dalam freezer.Jenazah itu didinginkan agar tidak membusuk.Malam ini malam jumat kliwon Gaby berjaga di kamar mayat sendirian.Lilis sedang cuti karena kaka perempuannya yang pertama menikah.
“ Aduh … Lis, tega pisan eui ninggalin aku sendiri disini.”Pekiknya merinding.
Tengah malam saat hujan turun yang bergemericik di atap kamar mayat, Gaby merasa di ganggu oleh suara rintihan perempua yang kesakitan.Arah suara itu dating dari bagian barat kamar mayat.Persis di bawah pohon beringin besar berumur puluhan tahun yang sudah ada sebelum Rose Hospital di bangun.Malam itu bukan Cuma kamar mayat yang sangat sepi.Para suster semua berjaga di ruang suster dan para dokter jaga malam sibuk di kamar kerja masing – masing.
“ Andai saja aku bisa kuliah akademi perawat, mungkin aku akan menjadi suster. Bukan menjadi penjaga kamar mayat di tempat yang sunyi ini.” Keluhnya memecahkan keheningan malam.
Untuk mengusir rasa kantuknya Gaby mengeluarkan handphone dari sakunya untuk bermain facebook.Suara rintihan itu mula – mula perlahan, tapi lama kelamaan semakin keras.
“ Tolong … to … to … long …”
Suara rintihan itu berubah menjadi lolong kesakitan yang sangat memilukan.Suara wanita itu berasal dari balik pohon beringin raksasa itu.
“ Siapa perempuan berteriak meminta tolong di tengah malam di bagian barat kamar mayat itu?” piker Gaby.
Dengan senter yang ada di handphone Gaby, Gaby mencari tahu sumber suara melengkin itu.
“ Jangan – jangan ada wanita terluka yang minta bantuan?” piker Gaby kembali.
Dengan langkah ragu dara manis itu menuju pohon beringin yang gelap. Gaby menyenteri tempat yang pikirnya ada sosok wanita yang berteriak itu.Tapi sayang, suara lolongan itu hanya suara.Sosok wanitanya sendiri tak dapat di temukan Gaby.
Karena penasarn Gaby melangkahi beberapa pohon kecil untuk mendekati pagar arah danau.Sementara hujan makin deras.
“ Duh … seragam putih – putih ku jadi basah.”
Pada saat senter Gaby mengarah ke dahan – dahan beringin yang rimbun, jantungnya berdetak hebat.Sesaat setelah senter menancap, terlihat jelas oleh Gaby kepala dan sepasang kaki perempuan tanpa badan di atas dahan.Rambut wanita itu lurus lebat dengan mata bulat hitam dan giginya yang berdarah – darah.Sementara bagian leher dan kakinya Nampak terputus bekas tebasan benda yang tajam.
“ Tolong … tolong bawa aku turun! Tolonglah aku!” teriak potongan kepala wanita itu mulutnya terbuka dan matanya membelalak.
“ Demi Tuhan, seumur hidup baru kali ini aku melihat kepala manusia tanpa badan yang bisa bicara dan yang lebih aneh suara keras itu tak mampu menarik perhatiaan suster dan dokter yang jaga malam itu dan sepertinya hanya aku yang mendengar suaranya.” Kata Gaby takut.
“ Mungkin juga yang melihat sosoknya hanya aku di malam jumat keramat yang dingin ini.”
Bulu kuduk Gaby merinding seketika dan rasa takut membucah hebat dalam batinnya.Dengan langkah agak gontai, Gaby masuk ke kamar mayat.Rasa takut membuatnya terbirit – birit lari menyelamatkan diri.Di kuncinya pintu kamar mayat rapat – rapat.Gaby menyelinap di meja freezer penyimpanan jenazah. Di saat ia telah tenggelam di bawah meja. Tiba – tiba pintu freezer terbuka sendiri.Gaby mengintip dari bolongan meja kea rah freezer.
“ Oh Tuhan, tangan dan badan satu persatu keluar dari freezer melompat – lompat kearah pintu.”
Melihat keanehan itu, Gaby makin gemetar.Otaknya terasa berat dan kepalanya menjadi pusing. Rasa lemas tiba – tiba menggerayangi tubuhnya yang dingin. Potongan tangan dan badan mayat mayat korban mutilasi itu berusaha membuka pintu.Dengan sendiri pintu yang terkunci itu terbuka.Anggota tubuh yang yang terpisah itu melompat keluar kamar mayat.
“ Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Aneh tapi ajaib!” pekiknya bingung dan takut.
Karena takut dan tidak ingin di pecat, Gaby memaksakan dirinya melawan ketakutannya.
“ Bila jenazah mutilasi itu hilang aku bukan hanya di pecat tapi di penjarakan, aku di anggap kurang becus sebagai penjaga malam hingga mayat korban mutilasi itu hilang dari freezer.”Pikirnya takut.
Berusaha menahan takut, Gaby merangkak sebisanya mengikuti kemana arah potongan organ tubuh wanita itu.Dengan sedikit keberaniaan yang ada, karena tidak mau mendekap di penjara, Gaby mengikuti potongan organ tubuh pucat itu.
Dengan mata sayu, Gaby dapat melihat potongan organ tubuh itu melompat berbelok kea rah barat tempat pohon beringin yang ada kepala dan kakinya terletak di atasnya.
“ Ya … Tuhan!” Gaby kaget untuk kesekian kalinya.
Kepala dan kaki wanita yang berteriak minta tolong tadi melata seperti ular.Kepala dan kaki itu menemui tangan dan badannya yang mendekat ke akar pohon.
Sungguh tidak masuk akal, tiba – tiba potongan organ tubuh yang terpisah – pisah itu kini menyatu membentuk organ tubuh yang sempurna.Dalam keadaan tubuh yang utuh, wanita itu menghilang dalam kegelapan menuju arah barat.Karena di landa rasa bingung dan panic. Gadis malang itu berteriak memanggil mayat hidup itu supaya kembali ke kamar mayat.
“ Hei, mau kemana? Tolong kembalikah ke kamar mayat! Kalau kamu hilang dari kamar mayat, saya akan di pecat bahkan di penjarakan. Tolong kasihanilah saya! Saya Cuma gadis miskin yang merantau ke Jakarta untuk bekerja.” Pinta gaby sambil menangis.
Sosok korban pembunuhan sadis itu tidak merespon.Sosok itu tetap pergi dan menghilang kearah barat.Gaby menerangi lokasi di mana arahnya perempuan itu pergi dan tak di temukannya lagi.Kejadiaan ini membuat Gaby trauma hebat.Bayangan negative mempengaruhi pikirannya.
“ Ya Tuhan, hanya kepada mu tempat ku mengadu. Selamatkan aku Tuhan.” Doa Gaby di balik air matanya yang berderai.
Dengan lemas dan batin yang sangat menyiksa.Gaby beranjak kembali ke kamar mayat.Di liriknya freezer tempat mayat wanita itu kabur.
“ Aneh, kenapa freezer itu tertutup? Padahal tadi terbuka?” Tanyanya dalam hati.
Dengan perasaan putus asa dan tak semangat, dengan ragu Gaby membuka kembali freezer yang menyimpan mayat itu.
“ Aneh, mayat wanita itu masih ada di situ dan tetap pada posisi yang sama.”
“ Mayat siapa tadi yang keluar?” Tanya Gaby dalam hati.
“ Apa aku bermimpi? Atau berhalusinasi?” tanyanya lagi pada diri sendiri.
Untuk meyakinkan dirinya tidak bermimpi atau berhalusinasi Gaby mencubit tangannya sendiri dan memukul pipinya dan terasa sakit.
“ Bearti aku tidak bermimpi maupun berhalusinasi.”
***

Keesokan harinya setelah Lilis kembali bekerja. Gaby menceritakan peristiwa yang sudah ia alami. Lilis meyakini keterangan Gaby.Karena Lilis tahu sahabatnya yang satu ini orang jujur.Untuk itu Gaby di izinkan oleh polisi yang menyelediki kasus mutilasi tersebut melihat foto – foto orang yang di nyatakan hilang dan mungkin satu di antaranya ada yang di kenali oleh Gaby.
“ Mungkin sosok yang nona lihat itu ada di antara beberapa lembar foto wanita ini.” Tanya AKP Dika, dari polres DKI Jakarta.
Karena wajah perempuan yang merintih di atas pohon beringin itu elas sekali di lahat Gaby.Maka Gaby memperhatikan satu demi satu foto yang di perlihatkan padanya.Akhirnya ada satu di antara foto yang sangat mirip dengan wajah kepala yang menyangkut di dahan pohon beringin.
“ Nama gadis malang itu Karina, warga Kuningan, Jakarta.” Kata AKP Dika menjelaskan.
Dan benar saja polisi segera menemukan keluarga.
Keluarga Karian membenarkan ciri – ciri yang di beri tahu polisi.
Sementara kepala dan kaki Karina, benar – benar di temukan di bagian barat rumah sakit. Tempat lokasi yang di tuju oleh Karina saat ia pergi dari kamar mayat. Kepala dan kaki Karina di temukandalam keadaan membusuk di dalam rongsokan perahu kayu yang berjarak 700 meter dari Rose Hospital.
Seminggu kemudian pembunuh mayat wanita malang itu tertangkap oleh polisi, dia adalah seorang pengusaha film yang menjadi kekasih gelap Karina. Hanya karena Karina menuntut pertanggung jawabannya untuk menikahinya.Pria sadis yang sudah menghamili dan bernama Evan itu membunuh Karina dan memotong – motong mayatnya dengan sadis dan keji.
Karena peristiwa itu Gaby seorang gadis yang polos mendapat penghargaan khusus dari pihak kepolisian karena mengunkap misteri pembunuhan yang memusingkan dan menyulitkan polisi untuk mencari pelakunya.
Pihak rumah sakit pun memberikan dana untuk Gaby kuliah akademi perawat hingga lulus dan setelah lulus Gaby akan menjadi perawat tetap di Rose Hospital.
“ Terima kasih Tuhan aku dapat mewujudkan cita – cita ku menjadi seorang perawat.”
“ Dan terima kasih Gaby berkat keberanian mu kamu dapat mengungkap kasus pembuhan diri ku.” Kata Karina di balik pohon beringin Rose Hospital.

The and
Terinspirasi dari seorang penjaga kamar mayat siloam hospital
Tempat dulu ku bekerja .
 BABY SALINI
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»»  Baca Selengkapnya » ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...