Cerpen Horor
Selasa, 31 Desember 2013
KISAH NYATA DI TEMANI ARWAH PENARI JAIPONG
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
Senin, 30 September 2013
KISAH NYATA MAYATNYA DI HIDUPKAN UNTUK MEMBALAS DENDA
Minggu pagi itu setelah beribadah di Pura aku memutuskan untuk
menziarahi makam temanku di daerah Untung Jawa, Tanggerang. Setelah
menaburkan bunga segar dan air mawar aku mendoakan. Saat aku memutuskan
untuk pulang mata ku menangkap kuburan yang penuh dengan semak – semak
yang sudah tidak terawat lagi. Aku menghampiri penjaga makam yang sedang
duduk menikmati kopi hangat dan kue pancong.
“ Permisi,
kang! Mau tanya kenapa ya semua makam di sini terawat dengan baik tapi
kenapa makam yang satu itu tidak terawat?”
Penjaga makam itu menghela nafas berat.
“ Neng, mau dengar kisahnya?”
Aku mengangguk. “ Iya.” Kataku penasaran.
***
Nama gadis itu Anisa. Biasanya di panggil Nisa usianya baru 19 tahun.
Wajahnya cantik. Kulitnya putih dan rambutnya panjang hitam sepimggang.
Setiap pria yang meliriknya menjadi suka. Tak ada yang menduga
kecantikan yang di milikinya menjadi malapetaka untuknya. Banyak pemuda
yang jatuh hati, namun ada pula yang sakit hati karena cintanya tidak di
terima oleh Nisa. Nisa hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Orang tuanya telah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama kedua kakanya.
Kakanya yang pertama laki – laki bernama Ujang hanyalah seorang
nelayan. Sedangkan kakanya yang kedua bernama Fitri ia mengalami cacat
fisik kehilangan tangannya sejak lahir. Namun kemiskinan tidak membuat
Nisa putus asa. Setamat SMA ia berpikir untuk membantu kakanya yang
pertama bekerja. Nisa bersyukur di terima bekerja di Moon Hospital
sebagai Office Girl. Walaupun penghasilannya tidak besar. Tapi
setidaknya ia bisa sedikit meringankan uang yang di perolehnya kepada
Fitri, yang sangat menyayanginya.
“ Uangmu, sebenarnya untuk keperluanmu saja, Nisa.” Kata Fitri.
Tapi Nisa selalu keras kepala jika ia ingin membantu meringankan
kebutuhan dapur. Melihat adik yang tulus membantu. Kedua kakanya selalu
bersyukur. Suatu hari Ujang bertanya kepada Nisa.
“ Apakah kamu nggak kepikiran untuk punya pacar?”
Nisa menjawab dengan tersenyum.
“ Nisa belum kepikiran ke situ, Aa!” kata Nisa dengan suaranya yang lembut.
***
Suatu sore Ujang, Fitri dan Nisa sedang adik menikmati pisang goreng
dan tea manis hangat buatan Nisa. Mereka bertiga bingung dengan
kedatangan Lucky dan ibunya kerumah. Kedua tamu itu berpakaian sangat
rapi seperti mau menghadiri hajadtan. Tapi begitu tahu maksud kedatangan
mereka. Ujang, Fitri dan Nisa terkejut. Tapi yang paling terkejut
adalah Nisa.
“ Niat kami ke sini untuk melamar neng Nisa menjadi menantu kami.”
Ujang dan Fitri sebenarnya sangat bahagia menerima lamaran itu. Tapi tidak dengan Nisa.
“ Aa ... Nisa belum kepikiran untuk nikah. Nisa ingin kuliah
untuk mewujudkan cita – cita menjadi perawat. Karena itu Nisa bekerja
dan untuk meringankan beban Aa dan juga kaka.” Kata Nisa menolak dengan
halus.
Ucapan Nisa membuat Lucky kecewa.
Ibu Lucky merayu Nisa supaya menerima lamaran Lucky.
“ Kalau neng mau kuliah mudah. Setelah menikah, ibu akan
menjual sebagian tanah peninggalan almarhum ayah Lucky untuk membiayai
kuliah neng Nisa.” Kata Ibu Lucky.
“ Akang pun akan membantu kehidupan kedua kakamu.” Kata Lucky tegas.
Lucky sebenarnya pemuda yang cukup tampan. Sangat serasi bila bersatu dengan Nisa.
Sangat serasi bila bersatu dengan Nisa.
Mendengar rayuan dari ibunya dan Lucky. Nisa hanya diam.
“ Aku merasa kang Lucky bukan jodohku.” Hati Nisa berontak.
“ Semua kaka serahkan padamu, Nisa! Kami sebagai kaka hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu.” Kata Fitri.
Nisa merespon dengan menggeleng lemah. Menunjukan kalau dia benar – benar belum ingin menikah.
Perilakunya membuat Lucky kecewa.
“ Ya sudah, Lucky mungkin neng Nisa belum mau menikah. Pernikahan tidak bisa di paksakan.” Kata ibu Lucky menasehati.
Lucky merasa paling malu. Ia memandang Nisa dendam.
Sebenarnya Nisa mengenal Lucky. Pria itu bekerja di tempat yang sama
seperti Nisa bedanya Lucky menjadi supir ambulance di Moon Hospital
sedangkan Nisa menjadi Office Girl. Sikap urakan lucky yang suka
mengganggu wanita membuat Nisa tidak suka. Ia pun tidak menduga kalau
Lucky tiba – tiba datang menyuntingnya.
***
Kejadian Nisa menolak suntingan Lucky ternyata membuat Lucky patah hati dan ingin memberi pembalasan terhadap Nisa.
“ Kalau akang tidak bisa menjadikan neng Nisa istri maka orang lain pun tidak akan bisa.”
Minggu demi minggu berlalu, kejadian penolakan itu di pikirkan biasa
oleh Nisa dan kedua kakanya. Nisa pun seperti biasa melakukan
aktifitasnya sebagai Office Girldi Moon Hospital. Yang jaraknya 2 km
dari tempat tinggalnya itu.
Tapi hingga suatu hari. Ada peristiwa yang membuat kedua kaka Nisa khawatir.
“ Hingga larut malam kenapa, Nisa belum juga pulang?” tanya Fitri cemas.
“ A ... Ujang pergilah kamu mencari Nisa!” kata Fitri lagi.
***
“ Dimana kamu, Nisa?” pikir Ujang ketika tiba di Moon Hospital tempat Nisa bekerja.
Ujang kemudian mencari tahu kerumah Bunga sahabat Nisa.
“ Waduh, kang sih Nisa teh udah pulang dari jam 08:00 malam tadi.” Kata Bunga.
“ Lalu kemana perginya si Nisa?” batin Ujang dengan Khawatir.
***
Ternyata sampai pukul 12:00 malam Nisa tidak juga pulang.
“ Kang Asep ... akang teh melihat Nisa? Sudah jam segini Nisa
belum juga pulang.” Kata Ujang yang menghampiri Asep ke pos ronda.
“ Akang teh juga nggak ada lihat si neng Nisa. Memang pergi kemana?”
“ Dari tadi pulang kerja belum pulang ke rumah. Saya sudah
mampir ketempat kerjanya, kerumah temannya. Tapi, nggak ada.” Ujang
menjelaskan.
“ Nisa teh nggak pernah berperilaku seperti ini. Biasanya ia pulang ke rumah tepat waktu.” Kata Ujang semakin cemas.
Warga setempat yang kasihan pun terus menghampiri niat untuk bantu mencari.
“ Aneh, semua orang sudah membantu semua tempat sudah di
periksa, sanak saudara pun sudah di kunjungi, bahkan rumah sahabatnya
juga. Tapi neng Nisa juga nggak di ketemukan.” Kata salah satu tetangga
yang mencari Nisa.
“ Lebih baik kita adukan kejadian ini ke polisi, Jang.” Kata kepala desa setempat kepada Ujang.
Dengan di temani oleh beberapa orang warga. Ujang melaporkan kejadiaan menghilangnya dara cantik ini.
“ Kami dari pihak kepolisian belum bisa segera bertindak karena belum ada yang di curigai membawa kabur Nisa.”
“ Bukankah, Nisa belum memiliki pacar ... kang Ujang.” Kata salah satu warga.
***
Tiga hari setelah menghilangnya Nisa desa itu mendadak menjadi heboh.
Nisa telah di temukan. Tapi kondisinya sudah tidak bernafas. Menerima
peristiwa ini, sulit di bayangkan hancur dan sakit hati kedua kaka
perawan cantil itu.
“ Adik yang begitu ku sayangi ternyata
di temukan tewas dalam kondisi menggenaskan.” Kata Fitri di balik isak
tangisnya.
Badan Nisa penuh dengan luka tusukan, lehernya terjerat
seutas kawat berkarat dan yang lebih ironis waktu di temukan tubuh Nisa
dalam keadaan tanpa busana.
Fitri berulang kali pingsan karena tidak tega melihat kematiaan adiknya yang tradis itu.
“ Siapa manusia laknat yang membunuh Nisa dengan cara amat
biadab.” Kata Ujang tak tahan membendung air matanya Ujang yakin Nisa di
perkosa sebelum di bunuh.
Mayat Nisa di temukan oleh seorang
nelayan, yang saat itu mau mengikat perahunya terkejut melihat sesosok
mayat dalam posisi tengkurab mengambang di laut, sedangkan tangannya dan
kakinya terikat seutas tali.
“ Jelas! Saudara Nisa korban pemerkosaan dan pembunuhan sadis!” kata salah satu polisi.
***
Berita tentang kematiaan Nisa menyebar.
“ Bayangkan seorang perawan desa meninggal dalam keadaan tragis.” Kata pembawa acara berita yang ada di televisi.
Kejadian tradis itu menjadi pembicaraan warga. Saat sanak family sedang
tekun zikir di dalam tahlilan, sembunyi – sembunyi Ujang pergi
meninggalkan rumah menjumpai seseorang di dekat laut. Orang itu memang
hidup sendiri, jauh dari perkampungan, karena ia sudah lam di usir.
Orang tersebut menguasai dunia hitam, dan semua orang membencinya. Saat
berdiri di muka pintu, Ujang memberi salam. Dari dalam keluar nenek tua
berbadan kurus yang di ketahui dengan sebutan nenek Siti.
“ Masuklah!” kata nek Siti mempersilahkan Ujang masuk.
“ Aku mengerti kamu telah di tinggalkan adik tercintamu. Kamu
pasti penasaran siapa yang telah melakukan perbuatan biadab itu, dan
ingin menuntut balas, bukan?” terka nenek Siti, seakan – akan nek Siti
dapat mengetahui maksud kedatangan Ujang.
Ujang terhentak ketika mengetahui kekuatan nek Siti. Betul kata orang kampung nek Siti bukanlah orang biasa.
“ Iya, nek, saya mau orang – orang laknat itu mati dengan tragis, seperti mereka menghabisi nyawa adik ku.”
Nek Siti menghela nafas berat. Sambil membuang nafasnya perlahan – lahan, nek Siti kembali membuka matanya.
“ Nenek melihat adikmu di perkosa dan di bunuh oleh empat orang
pemuda. Satu di antaranya pria tampan, dan tiga orang lagi sepertinya
orang suruhan, tapi dalang dari semua ini ialah pria tampan itu.”
Ucapnya dengan sorot mata merah melotot memandang Ujang.
Seluruh
badan Ujang gemetar. Ia coba membayangkan dalam dirinya bagaimana
penderitaan Nisa adik tersayangnya mencoba melawan biadab – biadab itu.
Tanpa di rasakannya air matanya jatuh menetes.
“ Apa rencana mu? Mau di bunuh saja para pemerkosa dan pembunuh adikmu itu? Tanya nek Siti sambil tertawa.
Buatnya, menghabisi nyawa orang seolah – olah kegiatan yang sangat menggembirakan.
Ujang mengiyakan penuh amarah dan dendam. Untuknya tidak ada hal lain selain menuntut balas akan kematiaan Nisa adiknya.
“ Saya mau mereka semua mati, nek!” cetusnya penuh dendam.
***
Malam itu tepatnya malam jumat kliwon, setelah terjadi perjanjian
rahasia antara Ujang dengan nenek Siti. Mereka berdua pergi meninggalkan
gubuk nenek Siti di tengah pesisir pantai itu. Keduanya melangkah
menjelajahi kegelapan malam. Lokasi yang di tuju adalah tempat tanah
pemakaman umum. Bulan yang cantik mengumpat di balik awan. Langit
terlihat gelap tanpa di temani bintang. Dan, malam yang sunyi itu, tidak
ada satu pun orang yang mengetahui apa yang akan di kerjakan nenek Siti
dan Ujang di tempat yang terkesan angker itu. Lolongan serigala di
kejauhan yang sepertinya memberi sambutan selamat datang untuk mereka di
tempat pemakaman umum itu. Gundukan tanah di mana Nisa di makamkan
masih terlihat merah dan basah. Nisan yang mengukir namanya masih tampak
jelas. Bunga segar yang menyelimuti tanah merah itu masih mengeluarkan
aroma yang wangi. Tubuh Ujang terasa gemetar. Ia bersujud di depan
pusara Nisa seakan tak bisa membendung tangisannya ia menangis sejadi –
jadinya.
“ Hentikan tangisan mu dulu, Ujang! Kita masih ada kegiatan yang perlu di lakukan!” ucap nenek Siti.
Matanya yang melotot dingin melihat nisan Nisa yang diam. Di dalam kegelapan malam nenek Siti memandang Ujang.
“ Kamu kesinikan tangan kirimu, buruan Ujang!” tuturnya.
“ Untuk apa, nek saya harus memberikan tangan kiri saya?” pikir Ujang bingung.
Maka saat itu “ Crassss ...!”
Nenek Siti menggigit jempol Ujang dengan giginya. Ujang terkejut sesaat. Dan darah kental menetes dari jempolnya yang luka.
“ Apa yang nenek lakukan?”
Nenek Siti menekan jempol Ujang supaya darah kental itu mengalir dan menetes menyirami makam Nisa.
“ Aduh ... sakit, ne.” Kata Ujang meringis dan menahan sakit.
“ Rasa sakit yang kamu rasakan sama sekali tidak sebanding yang adikmu alami dan rasakan. Paham!” gertak nenek Siti.
Ujang tidak menyadari ayat yasin sedang bergema di rumahnya melantunkan
doa untuk Nisa yang sudah berada di surga tapi di malam jumat kliwon
ini ia dan seorang nenek yang menganut aliran sesat sedang melakukan
ritual untuk menuntut balas.
“ Hanya karena ingin menuntut balas aku mau melakukan jalan sesat ini.”
Sambil terus menekan jempol Ujang, nenek Siti membaca mantra. Lalu keanehan terjadi dan membuat Ujang takut serta bingung.
“ Mengapa, nek tetesan darah yang menetes ke kubur adikku mengeluarkan asap?”
Nenek Siti tertawa. Suara tawanya terdengar begitu sangat menyeramkan.
“ Ayo, mari pulang! Biarkan adikmu sendiri yang menuntaskan
dendamnya pada pembunuh dan pemerkosanya yang laknat itu.” Ucapnya
sesaat, menarik tangan Ujang yang masih terdiam di depan nisan Nisa.
Angin bertiup sangat kencang menggoyangkan pohon. Dedaunan pun terlihat
berguguran. Petir bergema rintik demi rintik hujan mulai turun dan
dalam waktu dingkat sudah membasahi bumi dan makam Nisa. Kekuatan gaib
sudah menguasai makam Nisa. Ujang masih terpana di sepan makam. Padahal
ia sadar angin semakin kencang dan hujan semakin deras membasahi
tubuhnya dan nenek Siti. Matanya nanar menatap gundukan tanah merah
kuburan yang mulai basah. Kuburan beranjak turun naik seakan ada yang
mendorong dari dalam.
“ Lekas, Ujang! Jangan kamu tengok
lagi makam adikmu. Biarkan Nisa yang menuntut balas akan kematiannya
itu.” Kata nenek Siti.
Dan suara serigala terdengar melolong lagi.
Menambah suasana mistis di malam keramat itu. Nenek Siti menarik paksa
lengan Ujang. Tapi Ujang tetap nekat bertahan.
“ Lekas Ujang! Kita musti kabur! Rohnya sanagt ganas dan tidak mungkin di hentikan!”
“ Apa yang nenek lakukan terhadap Nisa?” kata Ujang bingung.
Nenek Siti kelihatan marah. “ Sudah aku bilang, Nisalah yang akan
menyelesaikan dendamnya. Kalau kita tidak segera kabur kita akan menjadi
korbannya juga!”
***
Lucky habis mengantarkan mayat korban
kecelakaan ke rumah duka di daerah jakarta selatan. Karena merasa lelah
iya sengaja memarkirkan Ambulancenya di pinggir jalan yang agak sepi.
Dan hanya dalam waktu sebentar ia sudah tertidur lelap. Baru setengah
jam tertidur ia terbangun tubuhnya penuh keringat. Ia mengalami mimpi
buruk tubuhnya yang kaku seperti mayat di kerubungi banyak lalat dan
belatung.
“ Pertanda apa ini?”
Matanya melihat jam di tangannya. “ jam 12:00 malam.”
Ia beranjak turun berharap warung kopi di seberangnya masih buka. Udara
malam terasa sangat dingin dan membuat Lucky semakin ngantuk.
Tiba – tiba. “ Wussssssssssssssss!”
Angin bertiup semakin kencang dan Lucky kedinginan.
“ Sial ... tutup lagi.” Pekiknya kesal.
“ Hah!” katanya. Lucky terkejut melihat pintu belakang
ambulance dalam keadaan terbuka. Ia bergegas mau menutupnya. Tapi suara
wanita yang lembut membatalkan niatnya.
“ Sendirian aja, bang?”
Lucky menoleh ke belakang dan melihat sosok penampakan yang mengerikan
dan amat menyeramkan. Balutan kain kafan menutupi tubuh penampakan itu.
Rambutnya panjang sepinggang dan seluruh tubuhnya di kumuri darah dan
nanah yang berbau busuk.
Penampakan itu menghampirinya.
“ Ja ... ja ... jangan ...!” Lucky berteriak ketakutan. Ia menjauh
tapi tangan yang berkuku panjang itu dengan cepat menangkapnya dan
membawanya ke hadapannya. Tangan – tangan itu menusuk jantung Lucky
seakan – akan ia tahu itulah pusat yang membuat Lucky hidup. Lucky tewas
tanpa mengeluarkan suara.
Sejak peristiwa itu, roh Nisa terus
bergentayangan menemani kesunyian malam setelah seratus hari
kematiannya. Ia menemui orang – orang yang sayang kepadanya.
Saat menemui Aa dan kakanya mereka langsung tidak sadarkan diri.
Penampakannya sangat menyeramkan. Wajahnya yang cantik dan selalu ceria
kini pucat dan tatapan matanya yang dulu berbinar kini tampak sendu.
Tubuhnya pun masih berbalut kain kafan putih yang penuh lumpur.
Warga di sana dangat ketakutan. Setiap malam jumat mayat yang di
hidupkan untuk membalas dendam itu menemui keluarga dan sahabatnya.
Menurut penglihatan beberapa warga yang secara tidak sengaja
melihatnya. Roh perawan itu selalu menangis sambil terbang keliling
kampung. Ada juga para nelayan yang mendengar rintihan dan lolongan
minta tolong saat mereka mau mengikat perahunya di tempat mayat Nisa di
temukan. Tapi tak ada satu pun yang berani menolong mereka hanya mampu
mendengar setelah itu lari terbirit – birit.
Sekalipun Nisa sudah
menuntut balas tapi mayatnya masih tetap berkeliaran di malam yang
sunyi. Ia seolah – olah masih belum bisa menerima wafatnya yang
menjemputnya tiba – tiba di saat ia masih ingin mewujudkan semua impian
mulianya untuk menjadi seorang perawat.
Tapi aku merasa yang paling harus di salahkan atas keganjilan ini adalah nenek Siti yang sekarang ntah ada dimana.
Setelah satu tahun roh gadis cantik ini menghilang. Tapi hingga kini
kejadian menggenaskan itu madih melekat di hati penjaga makam yang
menceritakan kisah ini padaku. Kejadian naas itu telah berlalu 24 tahun.
Dan sekarang kuburan Nisa tidak terawat lagi. Kedua kakanya telah lama
meninggal, sementara familynya yang lain sudah pindah entah kemana.
Sebelum aku berniat menuliskan kisah ini aku sempat berdoa untuk Nisa
semoga Tuhan menerima amal ibadahnya di ampuni segala dosanya dan semoga
surga menjadi tempat hunian terakhirnya dan semoga dia tenang di alam
sana. Di depan makamnya aku berjanji akan menuliskan kisah tragis ini
untuk di baca semua teman facebook. Tapi semua nama aku samarkan untuk
menghormati mendiang almarhum.
Aku juga telah mengumpulkan dana
bersama teman – temanku untuk membetulkan makam Nisa. Dan sekarang makam
itu kembali indah seperti dulu.
Sahabat facebook buat kalian yang
membaca kisah ini aku mewakili almarhum meminta kalian untuk mengirim
doa untuk Nisa. Dan akhir kata aku ucapkan banyak terima kasih untuk
penjaga makam yang sudah menceritakan peristiwa pilu ini.
***
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06EJumat, 20 September 2013
aku di hamili hantu genderuwo
perkenalan Rama dengan Cinta telah terjalin gukup lama. Saat mereka
masih sama – sama bekerja di Raflesia Hospital. Rama seorang dokter ahli
bedah yang sangat tampan dan juga pintar. Banyak dokter wanita dan
suster wanita yang menaruh hati pada dokter tampan dan berprestasi itu.
Tapi Rama lebih menjatuhkan hati pada Cinta suter cantik dan terkenal
akan keramahannya. Dan tak terasa hubungan yang mereka bina sudah masuk
tahun ke dua. Dan timbul di pikiran Rama untuk menikahi gadis yang di
cintainya.
“ Kamu mau, kan menikah dengan ku Cinta?” Tanya Rama suatu kali saat mereka sedang istirahat makan siang di kantin rumah sakit.
Dengan senyum malu cinta menjawab. “ Iya aku mau lagi pula pernikahan hal yang sacral dan paling mulia dalam hidup setiap insan.”
Hingga akhirnya pernikahan Rama dan Cinta berlangsung meriah. Semua berawal dari keputusan Rama dan Cinta bahwa setelah menikah Rama ingin Cinta tidak bekerja lagi. Rama ingin Cinta tetap di rumah dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dan biar Rama yang tetap mencari nafka.
Suatu hari Rama mendapat tugas seminar dari Raflesia Hospital untuk menghadiri seminar di Singapore. Walaupun berat ia harus menjalankan tugasnya. Bahkan perkawinannya dengan Cinta masih dalam rangka bulan madu sehingga begitu berat perpisahan ini bagi Rama maupun Cinta.
“ Kamu jaga diri baik – baik yah sayang!” pesan Rama sebelum pergi.
***
Karena merasa jenuh di rumah yang sebesar ini Cinta memutuskan untuk menginap di kediaman orang tuanya di puncak. Tapi alangkah terkejutnya Cinta setelah satu minggu tinggal di puncak bersama orang tuanya, Rama menyusulnya ke puncak. Menurut Rama dia tidak jadi berangkat ke Singapore karena ada penundaan. Akhirnya mereka berdua melanjutkan bulan madu mereka yang tertunda. Rama dan Cinta hidup penuh kebahagiaan. Rama begitu pintar memainkan rasa cinta dan kemesraannya. Terutama saat malam menjelang. Kekuatannya melebihi apa yang di bayangkan Cinta.
“ Sungguh seorang penjantan tangguh.” Ucap Cinta dalam hati.
Setiap selesai melakukannya kewajibannya sebagai seorang suami. Hanya satu yang di rindukan Cinta yaitu kata – kata romantic yang dulu sering di ucapkan Rama sewaktu pacaran.
“ Hal itu sekarang tak pernah lagi aku dengar, Ram.” Keluh Cinta dalam hati.
Kemesraan itu berlangsung hampir empat bulan lamanya. Hingga akhirnya ada suatu perasaan aneh dalam hati Cinta. Sebuah perasaan yang di alami setiap wanita setelah menikah. Cinta merasa ada kehidupan di dalam rahimnya. Untuk meyakinkan apa yang Cinta alami Rama membawanya ke dokter kandungan dan hasilnya sangat menyenangkan hati Cinta.
“ Selamat anda positive hamil.” Kata dokter yang memeriksa Cinta.
Betapa bahagianya Cinta. “ Ram, aku hamil dan kita akan segera mempunyai anak dan aku akan menjadi seorang ibu aku merasa jadi wanita yang sempurna.” Kata Cinta terharu.
Berita bahagia ini pun langsung di sebarkan Cinta kepada keluarga. Terutama orang tuanya. Rama pun tampak bahagia sekali.
***
Tak terasa usia kandungan Cinta sudah menginjak bulan ke tiga. Tiba – tiba Cinta di kejutkan oleh adiknya yang bernama Laksman, adik laki – laki Cinta satu – satunya.
“ Ka Cinta, ini ada telepon dari bang Rama di Singapore.” Ucapnya datar. Cinta tersentak kaget.
“ Apa! Ram … Rama di … di … Singapore? Kamu nggak lagi candainkan kaka, kan?” teriak Cinta terpekik.
“ Aku juga tidak dengar benar ka, coba kaka dengar sendiri nih.”
Lalu Cinta menempelkan kuat – kuat handphone yang di berikan Laksman. Dan benar, itu suara orang yang di cintainya oleh Cinta tak terdengar asing baginya.
“ Ya Tuhan … itu benar – benar suara Rama suami ku.”
Tiba – tiba Cinta jatuh dan tak sadarkan diri. Yang Cinta ingat ucapan terakhir Rama.
“ Sayang … kenapa setiap aku menghubungi mu handphone mu tak pernah aktif? Telepon rumah tak pernah di angkat. Aku mencari tahu ke rumah sakit tak pernah ada kabar dan untunglah aku mengetahui mu ada di rumah orang tuamu dari orang tua ku.”
Cinta baru sadar saat dirinya sudah berada di tempat tidur. Kemudian ia berteriak memanggil Rama. Tetapi tak juga ada jawaban. Bahkan kedua orang tua Cinta dan juga adiknya mencari ke sana ke mari, tapi tetap tidak ada hasilnya.
“ Kalau Rama selama ini berada di Singapore untuk seminar, lalu siapa sosok yang berbulan – bulan hidup bersama ku? Tapi suara di handphone itu jelas sekali suara Rama, karena aku tahu benar kata – kata romantic yang di ucapkannya sebelum menikah dulu. Tapi apa mungkin dalam sekejab Rama berada di Singapore? Ah … nggak mungkin.” Pikir Cinta bingung.
Cinta menceritakan semua keanehan yang terjadi terhadapnya kepada orang tuannya. Atas keputusan bersama Cinta meminta Rama segera kembali ke puncak tempat tinggal orang tua Cinta.
“ Sayang, aku harap kamu bisa memaklumi keputusan ini, semua demi kebaikan kita. Kamu tahu, Ram? Aku sedang mengandung, buah cinta kita.” Desah Cinta lewat telepon.
Ada sesuatu yang tidak enak di perasaan Cinta. Kecemasan dan ketakutan terus meneror pikiran Cinta saat sosok yang menyerupai Rama teringat olehnya.
“ Biarlah jika nanti Rama pulang, aku akan mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku selama ditinggal Rama pergi.”
Sejak Rama berencana akan pulang. Sosok yang menyerupai Rama tak pernah lagi terlihat. Dia seolah tahu dengan apa yang di rasakan oleh Cinta. Dengan menghilangnya sosok itu Cinta semakin curiga kalau sosok itu mungkin …?
“ Ya Tuhan, jangan – jangan dia hantu genderuwo yang banyak orang bilang senang melakukan hubungan hubungan intim dengan manusia? Menurut yang aku tahu mahluk itu merubah wujudnya menjadi orang yang kita kenal terutama menyamar sebagai suami supaya bisa melakukan hasratnya.” Pikir Cinta ngeri.
“ Ya Tuhan … , mudah – mudahan ini hanya perasaan ku saja. Semua hanya keisengan Rama untuk menggoda ku.”
Tapi perasaan Cinta sebagai wanita ada sesuatu yang mencampurinya dari dunia lain, dunia yang penuh kegaibpan yang sulit di cari tahu oleh Cinta. Yang membuat Cinta bingung saat dirinya di liputi berbagai pertanyaan. Justeru sosok itu menghilang entah kemana. Yang jelas tak pernah lagi muncul untuk menemui Cinta maupun keluarga Cinta. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga Cinta orang tua Cinta meminta Cinta menutup rahasia ini yang sudah di alami Cinta.
Dua minggu kemudian Rama pulang dari Singapore tentunya sudah siap dengan bernagai pertanyaan dan cerita untuk Cinta. Begitu juga Cinta, yang telah mempersiapkan diri untuk menerima segala resiko serta tuduhan yang di mungkinkan terucap dari pria yang di kenal baik dan sabar itu.
“ Cinta aku pulang sayang! Kamu sehat, kan?” ucap Rama sambil mencium bibir mungil Cinta. Tak lama kemudian calaon ayah itu mengelus perut Cinta yang sudah Nampak membesar.
“ Seperti keinginanmu dan calon anak kita, aku bisa kembali kesini dengan selamat. O… iya’sayang sudah trimester keberapa kandungan mu ini?”
Jantung Cinta berdenar hebat mendengar pertanyaan Rama. Walaupun sebenarnya Cinta sudah yakin cepat atau lambat pertanyaan itu pasti akan di lontarkan oleh Rama.
Dengan tergagap Cinta menjawab. “ Ti … tiga bulan, Ram.” Jawab Cinta Singkat.
“ Oh, iya kepergiaan mu ke Singapore ada dulu ada masalah? Atau mungkin tertunda?” Tanya Cinta menyelidik.
“ Kok yang di Tanya kepergiaannya dulu? Bukan kepulangan ku kemarin? Yang jelas lancarlah sayang.”
“ Bearti nggak tertunda? Atau bahkan kamu menghampiri aku ke puncak?” Tanya Cinta lebih lanjut.”
Dari sorot mata serta mimiknya Rama benar – benar jujur bahkan kini Rama yang seolah menjadi bingung dengan pertanyaan Cinta. Untuk menutupi kecurigaannya, Cinta langsung mengalihkan pembicaraan.
“ Ya Tuhan …, kalau begitu siapa sosok yang selama ini menjamah dan meniduriku? Bahkan menyebabkan aku hamil? Apakah benar dia adalah sosok mahluk halus? Bearti janin yang aku kandung ini adalah anak mahluk jahanam itu, mungkin hantu genderuwo?”
“ Jika janin yang ada di dalam Rahim ku ini benih Rama, itu tidak mungkin! Karena kepergiaan Rama ke Singapore, dua bulan yang lalu sedang bayi yang ku kandung ini sudah masuk bulan ke tiga. Oh … Tuhan.” Tubuh Cinta lemas seketika.
“ Aku sama sekali tak berdaya. Betapa jijiknya aku dan betapa bodohnya aku. Mungkin jika Rama mencermati hal ini dia akan mengetahuinya. Lalu?” Cinta sama sekali tak sanggup membayangkannya
.
“ Hukuman apa yang akan Tuhan berikan padaku? Tapi aku benar – benar tidak tahu kalau itu adalah tipu daya genderuwo yang menyerupai Rama.”
Cinta semakin takut dengan keadaan ini. Bahkan ia melalui hari – harinya dengan hati – hati takut jika sosok genderuwo itu kembali datang meyerupai Rama.
“ Ya Tuhan, iblis jahanam itu benar – benar memanfaatkan keadaan ini.” Gumamnya dalam hati.
Seminggu kepulangan Rama dari Singapore, Rama berkunjung ke rumah orang tuanya di bogor. Di samping menjenguk betujuan pula untuk memberi tahu kehamilan Cinta kepada orang tua dan sanak familynya. Saat itu Cinta tak bisa ikut karena harus mempersiapkan acara selamatan kehamilan Cinta.
Saat menjelang malam, ketika Cinta sedang berpakaian setelah mandi, tiba – tiba ia di kejutkan oleh suara yang berasal dari balik pintu. Dan suara itu sudah taka sing lagi bagi Cinta.
“ Cinta … sayang … buka pintunya! Ini aku Rama. Aku pulang sayang.” Pinta suara dari balik pintu itu.
Sejenak Cinta tertegun, di gunakannya kal sehatnya. Lalu tiba – tiba ia yakin sekali kalau itu bukanlah Rama suaminya. Dengan cepat Cinta melemparkan sebuah kitab suci agama hindu yang berada disamping tempat tidurnya. Dengan harapan seandainya yang muncul itu Rama, tidak akan melukainya. Tapi jika yang di balik pintu itu sosok genderuwo dengan izin dan kebesaran Tuhan dia akan binasa.
Terbukti setelah Weda itu di lemparkan tepat mengenai wajahnya. Sosok itu menjerit kepanasan. Kemuadian lari menuju segerumbul pohon mahoni dibelakang rumah orang tua Cinta. Namun sosok hitam bertubuh tinggi besar itu masih sempat mengancam Cinta.
“ Aku akan kembali menengok anak yang ada di dalam Rahim mu itu.”
“ Dengar mahluk terkutuk bayi yang ku kandung ini bukan darah daging mu.” Teriak Cinta keras, sehingga begitu mengundang para tetangga datang ke halaman belakang rumah.
Bahkan para tetangga menganggap Cinta kesurupan karena dalam keadaan hamil dan tepat saat maghrib berasa di belakang rumah.
“ Syukurlah mereka menganggap ku kesurupan karena bearti rahasia anak ini tak terbongkar.” Batin Cinta.
Sejak kejadian itu Cinta semakin waspada. Bahkan diam – diam Cinta berusaha mencari pendeta yang bisa menolongnya. Karena dia menganggap sosok itu sudah mulai nekat.
“ Bagaimana dengan anak yang aku kandung ini nantinya? Seperti apa wujudnya bila ia lahir?”
Akhirnya Cinta menemui seorang pendeta di Pura tanggerang. Yaitu pendeta Murti. Beliau menyarankan agar tepat jumat kliwon Cinta menyiapkan secangkir kopi pahit, singkong bakar, candu serta menyan putih yang di pasang si belakang rumah. Tepat jumat kliwon yang di tunggu keluarga Cinta. Semua sajen yang di tentukan pendeta Murti telah di siapkan oleh keluarga Cinta. Selang beberapa detik, angin kencang datang. Segerumbul pohon mahoni hampir merobohkan kediaman keluarga Cinta. Suara angin dan gesekan pepohonan terdengar begitu menyeramkan.
BERSAMBUNG
»» Baca Selengkapnya » ...
“ Kamu mau, kan menikah dengan ku Cinta?” Tanya Rama suatu kali saat mereka sedang istirahat makan siang di kantin rumah sakit.
Dengan senyum malu cinta menjawab. “ Iya aku mau lagi pula pernikahan hal yang sacral dan paling mulia dalam hidup setiap insan.”
Hingga akhirnya pernikahan Rama dan Cinta berlangsung meriah. Semua berawal dari keputusan Rama dan Cinta bahwa setelah menikah Rama ingin Cinta tidak bekerja lagi. Rama ingin Cinta tetap di rumah dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dan biar Rama yang tetap mencari nafka.
Suatu hari Rama mendapat tugas seminar dari Raflesia Hospital untuk menghadiri seminar di Singapore. Walaupun berat ia harus menjalankan tugasnya. Bahkan perkawinannya dengan Cinta masih dalam rangka bulan madu sehingga begitu berat perpisahan ini bagi Rama maupun Cinta.
“ Kamu jaga diri baik – baik yah sayang!” pesan Rama sebelum pergi.
***
Karena merasa jenuh di rumah yang sebesar ini Cinta memutuskan untuk menginap di kediaman orang tuanya di puncak. Tapi alangkah terkejutnya Cinta setelah satu minggu tinggal di puncak bersama orang tuanya, Rama menyusulnya ke puncak. Menurut Rama dia tidak jadi berangkat ke Singapore karena ada penundaan. Akhirnya mereka berdua melanjutkan bulan madu mereka yang tertunda. Rama dan Cinta hidup penuh kebahagiaan. Rama begitu pintar memainkan rasa cinta dan kemesraannya. Terutama saat malam menjelang. Kekuatannya melebihi apa yang di bayangkan Cinta.
“ Sungguh seorang penjantan tangguh.” Ucap Cinta dalam hati.
Setiap selesai melakukannya kewajibannya sebagai seorang suami. Hanya satu yang di rindukan Cinta yaitu kata – kata romantic yang dulu sering di ucapkan Rama sewaktu pacaran.
“ Hal itu sekarang tak pernah lagi aku dengar, Ram.” Keluh Cinta dalam hati.
Kemesraan itu berlangsung hampir empat bulan lamanya. Hingga akhirnya ada suatu perasaan aneh dalam hati Cinta. Sebuah perasaan yang di alami setiap wanita setelah menikah. Cinta merasa ada kehidupan di dalam rahimnya. Untuk meyakinkan apa yang Cinta alami Rama membawanya ke dokter kandungan dan hasilnya sangat menyenangkan hati Cinta.
“ Selamat anda positive hamil.” Kata dokter yang memeriksa Cinta.
Betapa bahagianya Cinta. “ Ram, aku hamil dan kita akan segera mempunyai anak dan aku akan menjadi seorang ibu aku merasa jadi wanita yang sempurna.” Kata Cinta terharu.
Berita bahagia ini pun langsung di sebarkan Cinta kepada keluarga. Terutama orang tuanya. Rama pun tampak bahagia sekali.
***
Tak terasa usia kandungan Cinta sudah menginjak bulan ke tiga. Tiba – tiba Cinta di kejutkan oleh adiknya yang bernama Laksman, adik laki – laki Cinta satu – satunya.
“ Ka Cinta, ini ada telepon dari bang Rama di Singapore.” Ucapnya datar. Cinta tersentak kaget.
“ Apa! Ram … Rama di … di … Singapore? Kamu nggak lagi candainkan kaka, kan?” teriak Cinta terpekik.
“ Aku juga tidak dengar benar ka, coba kaka dengar sendiri nih.”
Lalu Cinta menempelkan kuat – kuat handphone yang di berikan Laksman. Dan benar, itu suara orang yang di cintainya oleh Cinta tak terdengar asing baginya.
“ Ya Tuhan … itu benar – benar suara Rama suami ku.”
Tiba – tiba Cinta jatuh dan tak sadarkan diri. Yang Cinta ingat ucapan terakhir Rama.
“ Sayang … kenapa setiap aku menghubungi mu handphone mu tak pernah aktif? Telepon rumah tak pernah di angkat. Aku mencari tahu ke rumah sakit tak pernah ada kabar dan untunglah aku mengetahui mu ada di rumah orang tuamu dari orang tua ku.”
Cinta baru sadar saat dirinya sudah berada di tempat tidur. Kemudian ia berteriak memanggil Rama. Tetapi tak juga ada jawaban. Bahkan kedua orang tua Cinta dan juga adiknya mencari ke sana ke mari, tapi tetap tidak ada hasilnya.
“ Kalau Rama selama ini berada di Singapore untuk seminar, lalu siapa sosok yang berbulan – bulan hidup bersama ku? Tapi suara di handphone itu jelas sekali suara Rama, karena aku tahu benar kata – kata romantic yang di ucapkannya sebelum menikah dulu. Tapi apa mungkin dalam sekejab Rama berada di Singapore? Ah … nggak mungkin.” Pikir Cinta bingung.
Cinta menceritakan semua keanehan yang terjadi terhadapnya kepada orang tuannya. Atas keputusan bersama Cinta meminta Rama segera kembali ke puncak tempat tinggal orang tua Cinta.
“ Sayang, aku harap kamu bisa memaklumi keputusan ini, semua demi kebaikan kita. Kamu tahu, Ram? Aku sedang mengandung, buah cinta kita.” Desah Cinta lewat telepon.
Ada sesuatu yang tidak enak di perasaan Cinta. Kecemasan dan ketakutan terus meneror pikiran Cinta saat sosok yang menyerupai Rama teringat olehnya.
“ Biarlah jika nanti Rama pulang, aku akan mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku selama ditinggal Rama pergi.”
Sejak Rama berencana akan pulang. Sosok yang menyerupai Rama tak pernah lagi terlihat. Dia seolah tahu dengan apa yang di rasakan oleh Cinta. Dengan menghilangnya sosok itu Cinta semakin curiga kalau sosok itu mungkin …?
“ Ya Tuhan, jangan – jangan dia hantu genderuwo yang banyak orang bilang senang melakukan hubungan hubungan intim dengan manusia? Menurut yang aku tahu mahluk itu merubah wujudnya menjadi orang yang kita kenal terutama menyamar sebagai suami supaya bisa melakukan hasratnya.” Pikir Cinta ngeri.
“ Ya Tuhan … , mudah – mudahan ini hanya perasaan ku saja. Semua hanya keisengan Rama untuk menggoda ku.”
Tapi perasaan Cinta sebagai wanita ada sesuatu yang mencampurinya dari dunia lain, dunia yang penuh kegaibpan yang sulit di cari tahu oleh Cinta. Yang membuat Cinta bingung saat dirinya di liputi berbagai pertanyaan. Justeru sosok itu menghilang entah kemana. Yang jelas tak pernah lagi muncul untuk menemui Cinta maupun keluarga Cinta. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga Cinta orang tua Cinta meminta Cinta menutup rahasia ini yang sudah di alami Cinta.
Dua minggu kemudian Rama pulang dari Singapore tentunya sudah siap dengan bernagai pertanyaan dan cerita untuk Cinta. Begitu juga Cinta, yang telah mempersiapkan diri untuk menerima segala resiko serta tuduhan yang di mungkinkan terucap dari pria yang di kenal baik dan sabar itu.
“ Cinta aku pulang sayang! Kamu sehat, kan?” ucap Rama sambil mencium bibir mungil Cinta. Tak lama kemudian calaon ayah itu mengelus perut Cinta yang sudah Nampak membesar.
“ Seperti keinginanmu dan calon anak kita, aku bisa kembali kesini dengan selamat. O… iya’sayang sudah trimester keberapa kandungan mu ini?”
Jantung Cinta berdenar hebat mendengar pertanyaan Rama. Walaupun sebenarnya Cinta sudah yakin cepat atau lambat pertanyaan itu pasti akan di lontarkan oleh Rama.
Dengan tergagap Cinta menjawab. “ Ti … tiga bulan, Ram.” Jawab Cinta Singkat.
“ Oh, iya kepergiaan mu ke Singapore ada dulu ada masalah? Atau mungkin tertunda?” Tanya Cinta menyelidik.
“ Kok yang di Tanya kepergiaannya dulu? Bukan kepulangan ku kemarin? Yang jelas lancarlah sayang.”
“ Bearti nggak tertunda? Atau bahkan kamu menghampiri aku ke puncak?” Tanya Cinta lebih lanjut.”
Dari sorot mata serta mimiknya Rama benar – benar jujur bahkan kini Rama yang seolah menjadi bingung dengan pertanyaan Cinta. Untuk menutupi kecurigaannya, Cinta langsung mengalihkan pembicaraan.
“ Ya Tuhan …, kalau begitu siapa sosok yang selama ini menjamah dan meniduriku? Bahkan menyebabkan aku hamil? Apakah benar dia adalah sosok mahluk halus? Bearti janin yang aku kandung ini adalah anak mahluk jahanam itu, mungkin hantu genderuwo?”
“ Jika janin yang ada di dalam Rahim ku ini benih Rama, itu tidak mungkin! Karena kepergiaan Rama ke Singapore, dua bulan yang lalu sedang bayi yang ku kandung ini sudah masuk bulan ke tiga. Oh … Tuhan.” Tubuh Cinta lemas seketika.
“ Aku sama sekali tak berdaya. Betapa jijiknya aku dan betapa bodohnya aku. Mungkin jika Rama mencermati hal ini dia akan mengetahuinya. Lalu?” Cinta sama sekali tak sanggup membayangkannya
“ Hukuman apa yang akan Tuhan berikan padaku? Tapi aku benar – benar tidak tahu kalau itu adalah tipu daya genderuwo yang menyerupai Rama.”
Cinta semakin takut dengan keadaan ini. Bahkan ia melalui hari – harinya dengan hati – hati takut jika sosok genderuwo itu kembali datang meyerupai Rama.
“ Ya Tuhan, iblis jahanam itu benar – benar memanfaatkan keadaan ini.” Gumamnya dalam hati.
Seminggu kepulangan Rama dari Singapore, Rama berkunjung ke rumah orang tuanya di bogor. Di samping menjenguk betujuan pula untuk memberi tahu kehamilan Cinta kepada orang tua dan sanak familynya. Saat itu Cinta tak bisa ikut karena harus mempersiapkan acara selamatan kehamilan Cinta.
Saat menjelang malam, ketika Cinta sedang berpakaian setelah mandi, tiba – tiba ia di kejutkan oleh suara yang berasal dari balik pintu. Dan suara itu sudah taka sing lagi bagi Cinta.
“ Cinta … sayang … buka pintunya! Ini aku Rama. Aku pulang sayang.” Pinta suara dari balik pintu itu.
Sejenak Cinta tertegun, di gunakannya kal sehatnya. Lalu tiba – tiba ia yakin sekali kalau itu bukanlah Rama suaminya. Dengan cepat Cinta melemparkan sebuah kitab suci agama hindu yang berada disamping tempat tidurnya. Dengan harapan seandainya yang muncul itu Rama, tidak akan melukainya. Tapi jika yang di balik pintu itu sosok genderuwo dengan izin dan kebesaran Tuhan dia akan binasa.
Terbukti setelah Weda itu di lemparkan tepat mengenai wajahnya. Sosok itu menjerit kepanasan. Kemuadian lari menuju segerumbul pohon mahoni dibelakang rumah orang tua Cinta. Namun sosok hitam bertubuh tinggi besar itu masih sempat mengancam Cinta.
“ Aku akan kembali menengok anak yang ada di dalam Rahim mu itu.”
“ Dengar mahluk terkutuk bayi yang ku kandung ini bukan darah daging mu.” Teriak Cinta keras, sehingga begitu mengundang para tetangga datang ke halaman belakang rumah.
Bahkan para tetangga menganggap Cinta kesurupan karena dalam keadaan hamil dan tepat saat maghrib berasa di belakang rumah.
“ Syukurlah mereka menganggap ku kesurupan karena bearti rahasia anak ini tak terbongkar.” Batin Cinta.
Sejak kejadian itu Cinta semakin waspada. Bahkan diam – diam Cinta berusaha mencari pendeta yang bisa menolongnya. Karena dia menganggap sosok itu sudah mulai nekat.
“ Bagaimana dengan anak yang aku kandung ini nantinya? Seperti apa wujudnya bila ia lahir?”
Akhirnya Cinta menemui seorang pendeta di Pura tanggerang. Yaitu pendeta Murti. Beliau menyarankan agar tepat jumat kliwon Cinta menyiapkan secangkir kopi pahit, singkong bakar, candu serta menyan putih yang di pasang si belakang rumah. Tepat jumat kliwon yang di tunggu keluarga Cinta. Semua sajen yang di tentukan pendeta Murti telah di siapkan oleh keluarga Cinta. Selang beberapa detik, angin kencang datang. Segerumbul pohon mahoni hampir merobohkan kediaman keluarga Cinta. Suara angin dan gesekan pepohonan terdengar begitu menyeramkan.
BERSAMBUNG
baby salini
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06EARWAH KORBAN MUTILASI YANG MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN DIRINYA
Gaby gadis manis yang berusia 22 tahun merantau dari desanya di Mawar Kembangan, Bandung menuju Jakarta. Hanya berbekal ijazah SMA dara manis ini mencoba melamar pekerjaan di kota metropolitan Jakarta. Karena di Jakarta Gaby tidak mempunyai sanak family ia tinggal bersama Lilis sahabat kecilnya di desa Mawar Kembang. Di Jakarta Lilis bekerja di rumah sakit Rose Hospital sebagai penjaga kamar mayat.
“ Gimana, By kamu mau menerima tawaran ku bekerja sebagai penjaga kamar mayat di Rose Hospital?” Tanya Lilis serius di suatu sore ketika mereka sedang asik menikmati tea manis hangat dan sepiring pisang goring.
Gaby menghela nafas.“ iya, aku mau ….” Jawabnya ragu.
***
Hari ini hari pertamaGaby bekera sebagai penjaga kamar mayat.
“ By, tugas kamu memasukan dan menjaga mayat di freezer yang ada di dalam ruang penyimpanan jenazah.” Kata Lilis menjelaskan.
Mayat di sini ada yang tidak punya family atau belum di ambil keluarganya ada pula jenazah korban kecelakaan yang akan di lakukan visum oleh dokter forensic untuk kepentingan polisi dan macam kasus lainnya.
Tapi kali ada jenazah yang membuat Gaby dan Lilis merinding.Mayat
“ Aduh, Lis kasihan pisan wanita geulis itu?” kata Gaby sambil memandang mayat wanita yang kehilangan kepala dan kedua kakinya itu.
“ Iya semalam the aku lihat berita di televisi mayat wanita itu di temukan 15 km dari rumah sakit tempat kita kerja.” Jawab Lilis.
***
Belakangan para polisi terus melacak bagian organ tubuh yang hilang milik perempuan malang itu. Sementara polisi ahli forensic bersama dokter memvisum bagian tubuh secara mendalam, untuk mengindevikasi siapa sebenarnya korban.
“ Aku takut, lis!” kata Gaby suatu kali di kamar mayat saat sedang membersihkan mayat korban kecelakaan.
“ By, kamu nggak boleh takut. Bila kamu ketahuan takut, kamu bisa di pecat dari rumah sakit dan tidak di perbolehkan lagi bekerja sebagai penjaga kamar mayat.”
Karena takut di pecat, maka Gaby memberanikan diri berjaga setiap di antara mayat – mayat itu.Apa lagi kalau ada mayat yang dating di tengah malam mau tidak mau Gaby membersihkan dan mengurusnya.
***
Mayat korban mutilasi yang membuat Gaby takut sudah hampir seminggu di dalam freezer.Jenazah
“ Aduh … Lis, tega pisan eui ninggalin aku sendiri disini.”Pekikny
Tengah malam saat hujan turun yang bergemericik di atap kamar mayat, Gaby merasa di ganggu oleh suara rintihan perempua yang kesakitan.Arah suara itu dating dari bagian barat kamar mayat.Persis di bawah pohon beringin besar berumur puluhan tahun yang sudah ada sebelum Rose Hospital di bangun.Malam itu bukan Cuma kamar mayat yang sangat sepi.Para suster semua berjaga di ruang suster dan para dokter jaga malam sibuk di kamar kerja masing – masing.
“ Andai saja aku bisa kuliah akademi perawat, mungkin aku akan menjadi suster. Bukan menjadi penjaga kamar mayat di tempat yang sunyi ini.” Keluhnya memecahkan keheningan malam.
Untuk mengusir rasa kantuknya Gaby mengeluarkan handphone dari sakunya untuk bermain facebook.Suara rintihan itu mula – mula perlahan, tapi lama kelamaan semakin keras.
“ Tolong … to … to … long …”
Suara rintihan itu berubah menjadi lolong kesakitan yang sangat memilukan.Suara
“ Siapa perempuan berteriak meminta tolong di tengah malam di bagian barat kamar mayat itu?” piker Gaby.
Dengan senter yang ada di handphone Gaby, Gaby mencari tahu sumber suara melengkin itu.
“ Jangan – jangan ada wanita terluka yang minta bantuan?” piker Gaby kembali.
Dengan langkah ragu dara manis itu menuju pohon beringin yang gelap. Gaby menyenteri tempat yang pikirnya ada sosok wanita yang berteriak itu.Tapi sayang, suara lolongan itu hanya suara.Sosok wanitanya sendiri tak dapat di temukan Gaby.
Karena penasarn Gaby melangkahi beberapa pohon kecil untuk mendekati pagar arah danau.Sementara
“ Duh … seragam putih – putih ku jadi basah.”
Pada saat senter Gaby mengarah ke dahan – dahan beringin yang rimbun, jantungnya berdetak hebat.Sesaat setelah senter menancap, terlihat jelas oleh Gaby kepala dan sepasang kaki perempuan tanpa badan di atas dahan.Rambut wanita itu lurus lebat dengan mata bulat hitam dan giginya yang berdarah – darah.Sementara
“ Tolong … tolong bawa aku turun! Tolonglah aku!” teriak potongan kepala wanita itu mulutnya terbuka dan matanya membelalak.
“ Demi Tuhan, seumur hidup baru kali ini aku melihat kepala manusia tanpa badan yang bisa bicara dan yang lebih aneh suara keras itu tak mampu menarik perhatiaan suster dan dokter yang jaga malam itu dan sepertinya hanya aku yang mendengar suaranya.” Kata Gaby takut.
“ Mungkin juga yang melihat sosoknya hanya aku di malam jumat keramat yang dingin ini.”
Bulu kuduk Gaby merinding seketika dan rasa takut membucah hebat dalam batinnya.Dengan
“ Oh Tuhan, tangan dan badan satu persatu keluar dari freezer melompat – lompat kearah pintu.”
Melihat keanehan itu, Gaby makin gemetar.Otaknya
“ Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Aneh tapi ajaib!” pekiknya bingung dan takut.
Karena takut dan tidak ingin di pecat, Gaby memaksakan dirinya melawan ketakutannya.
“ Bila jenazah mutilasi itu hilang aku bukan hanya di pecat tapi di penjarakan, aku di anggap kurang becus sebagai penjaga malam hingga mayat korban mutilasi itu hilang dari freezer.”Pikirn
Berusaha menahan takut, Gaby merangkak sebisanya mengikuti kemana arah potongan organ tubuh wanita itu.Dengan sedikit keberaniaan yang ada, karena tidak mau mendekap di penjara, Gaby mengikuti potongan organ tubuh pucat itu.
Dengan mata sayu, Gaby dapat melihat potongan organ tubuh itu melompat berbelok kea rah barat tempat pohon beringin yang ada kepala dan kakinya terletak di atasnya.
“ Ya … Tuhan!” Gaby kaget untuk kesekian kalinya.
Kepala dan kaki wanita yang berteriak minta tolong tadi melata seperti ular.Kepala dan kaki itu menemui tangan dan badannya yang mendekat ke akar pohon.
Sungguh tidak masuk akal, tiba – tiba potongan organ tubuh yang terpisah – pisah itu kini menyatu membentuk organ tubuh yang sempurna.Dalam keadaan tubuh yang utuh, wanita itu menghilang dalam kegelapan menuju arah barat.Karena di landa rasa bingung dan panic. Gadis malang itu berteriak memanggil mayat hidup itu supaya kembali ke kamar mayat.
“ Hei, mau kemana? Tolong kembalikah ke kamar mayat! Kalau kamu hilang dari kamar mayat, saya akan di pecat bahkan di penjarakan. Tolong kasihanilah saya! Saya Cuma gadis miskin yang merantau ke Jakarta untuk bekerja.” Pinta gaby sambil menangis.
Sosok korban pembunuhan sadis itu tidak merespon.Sosok itu tetap pergi dan menghilang kearah barat.Gaby menerangi lokasi di mana arahnya perempuan itu pergi dan tak di temukannya lagi.Kejadiaan ini membuat Gaby trauma hebat.Bayangan negative mempengaruhi pikirannya.
“ Ya Tuhan, hanya kepada mu tempat ku mengadu. Selamatkan aku Tuhan.” Doa Gaby di balik air matanya yang berderai.
Dengan lemas dan batin yang sangat menyiksa.Gaby beranjak kembali ke kamar mayat.Di liriknya freezer tempat mayat wanita itu kabur.
“ Aneh, kenapa freezer itu tertutup? Padahal tadi terbuka?” Tanyanya dalam hati.
Dengan perasaan putus asa dan tak semangat, dengan ragu Gaby membuka kembali freezer yang menyimpan mayat itu.
“ Aneh, mayat wanita itu masih ada di situ dan tetap pada posisi yang sama.”
“ Mayat siapa tadi yang keluar?” Tanya Gaby dalam hati.
“ Apa aku bermimpi? Atau berhalusinasi?”
Untuk meyakinkan dirinya tidak bermimpi atau berhalusinasi Gaby mencubit tangannya sendiri dan memukul pipinya dan terasa sakit.
“ Bearti aku tidak bermimpi maupun berhalusinasi.”
***
Keesokan harinya setelah Lilis kembali bekerja. Gaby menceritakan peristiwa yang sudah ia alami. Lilis meyakini keterangan Gaby.Karena Lilis tahu sahabatnya yang satu ini orang jujur.Untuk itu Gaby di izinkan oleh polisi yang menyelediki kasus mutilasi tersebut melihat foto – foto orang yang di nyatakan hilang dan mungkin satu di antaranya ada yang di kenali oleh Gaby.
“ Mungkin sosok yang nona lihat itu ada di antara beberapa lembar foto wanita ini.” Tanya AKP Dika, dari polres DKI Jakarta.
Karena wajah perempuan yang merintih di atas pohon beringin itu elas sekali di lahat Gaby.Maka Gaby memperhatikan satu demi satu foto yang di perlihatkan padanya.Akhirny
“ Nama gadis malang itu Karina, warga Kuningan, Jakarta.” Kata AKP Dika menjelaskan.
Dan benar saja polisi segera menemukan keluarga.
Keluarga Karian membenarkan ciri – ciri yang di beri tahu polisi.
Sementara kepala dan kaki Karina, benar – benar di temukan di bagian barat rumah sakit. Tempat lokasi yang di tuju oleh Karina saat ia pergi dari kamar mayat. Kepala dan kaki Karina di temukandalam keadaan membusuk di dalam rongsokan perahu kayu yang berjarak 700 meter dari Rose Hospital.
Seminggu kemudian pembunuh mayat wanita malang itu tertangkap oleh polisi, dia adalah seorang pengusaha film yang menjadi kekasih gelap Karina. Hanya karena Karina menuntut pertanggung jawabannya untuk menikahinya.Pri
Karena peristiwa itu Gaby seorang gadis yang polos mendapat penghargaan khusus dari pihak kepolisian karena mengunkap misteri pembunuhan yang memusingkan dan menyulitkan polisi untuk mencari pelakunya.
Pihak rumah sakit pun memberikan dana untuk Gaby kuliah akademi perawat hingga lulus dan setelah lulus Gaby akan menjadi perawat tetap di Rose Hospital.
“ Terima kasih Tuhan aku dapat mewujudkan cita – cita ku menjadi seorang perawat.”
“ Dan terima kasih Gaby berkat keberanian mu kamu dapat mengungkap kasus pembuhan diri ku.” Kata Karina di balik pohon beringin Rose Hospital.
The and
Terinspirasi dari seorang penjaga kamar mayat siloam hospital
Tempat dulu ku bekerja .
BABY SALINI
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06EKamis, 11 Juli 2013
The Secret of The Toilet
Clakk….clakkk…clakkkkkk…..
Tetesan dari kran yang tidak tertutup rapat itu semakin
menerorku yang hingga tengah malam ini sukar untuk tertidur. Kulirik bulatan
putih didinding yang terhalang remang-remang malam.
“Huff….. mana baru jam sebelas empat lima lagi,” bisikku
pelan.
Entah sudah berapa kali aku membolak-balikan bantal usang
yang hampir tidak tersentuh sabun selama aku pindah kekosan Bu Alina. Maklum
aku adalah seorang siswi kelas tiga SMA yang merangkap menjadi pelayan disebuah
restoran siap saji.
Sebelumnya aku tinggal dikosan Bu Dian, tapi karena terbelit
hutang kanan kiri, ya dengan terpaksa aku kabur. Padahal malam itu Kak Danar,
putra bungsu bu Dian bersikeras menghalangi kepergianku. Aku harus pergi dari
pada tiap hari kena omel bu Dian, belum lagi cibiran pedas dari penghuni kos
lain tentang hutangku yang belum aku bayar.
Berbekal uang tiga ratus ribu rupiah, hasil penjualan ponsel
lamaku . Aku memberanikan diri untuk tinggal dikosan baru dengan menjanjikan
upahku sebagai pelayan restoran.
“Akhir bulan nanti segera cair, bu.” bujukku kepada bu Alina
saat dia menolak rencanaku tinggal di kossannya.
“Bukan karena kondisi keuanganmu dek Mayang, tapi memang
kamar kos disini sudah penuh.” Sahutnya lembut.
Ya memang benar, aku lihat rumah besar yang terdiri dari
lima kamar dilantai satu telah penuh sesak diisi oleh sembilan orang penghuni
kos dan satu asisten pribadi Bu Alina.
Tapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya beliau
menyerahkan kamar putri semata wayangnya yang tengah mengenyam pendidikan di
Jepang kepadaku.
“Haduh betapa beruntungnya diriku ini.” Fikiriku sesaat
setelah Bu Alina mengesahkan kamar kebanggaan putrinya kepadaku. Betapa tidak
kamar ini begitu luas dan satu-satunya kamar yang memiliki toilet sendiri.
Apalagi bu Alina dengan cuma-cuma meminjamkan kasur dan meja rias milik
putrinya. Hanya saja dia dia tidak membolehkan aku menggunakan lemari besar
dikamar itu, mungkin karena lemari itu telah diisi penuh oleh barang-barang
milik putrinya.
Tapi untung saja dimeja rias menempel sebuah lemari kecil
yang masih bisa aku gunakan untuk menyimpan pakaian ku, dan sebagian lagi bisa
aku gantung di pegantungan di belakan pintu.
Kembali kulihat jam, kali ini tepat pukul dua belas malam
dan aku aku masih terjaga. Tiba-tiba “Wwhuuuuussshh……..” sekebat angin kencang
masuk kerongga kamarku, menyisakan sosok putih yang melambai-lambai didepanku.
Seketika aku terkejut, “Sial aku hampir saja membiarkan jendela terbuka
semalaman.” Gerutuku sambil menutup jendela dan membenarkan tirai putih yang
tersapu angin.
Aku kembali merebahkan tubuh mungilku di kasur besar nan
empuk ini. Pelan tapi pasti mata ini mulai menutup.
Byuuuuurrrrr…… Suara guyuran air mengagetkanku.
“Jam segini siapa yang mandi sih? Ganggu orang saja!”
gerutuku kuesal
Otaku mulai berfikir waras “Tapi asal suaranya dari…….”
Entah mengapa bibirku benar-banar tertahan. Kulirik pintu toilet, dan benar
saja dari lubang kunci pintu toilet sesosok wanita berambut panjang tengah
tertunduk kaku dibawah cipratan air shower.
“Apa mungkin dia putrinya bu Alin?” fikirku membuyarkan rasa
takutku sendiri.
Tanpa berfikir panjang lagi, aku segera beranjak pergi.
Namun, baru beberapa langkah menuju tempat tidur, suara tangisan memaksaku
untuk kembali.
“Kkenapa Mbak? Mmbak ggak kenapa-napakan?” tanyaku sedikit
gugup.
Dia tak kunjung menjawab pertanyaanku, malah tangisannya
semakin menjadi.
“Hiks……hiks…… tolong aku hikksss….”
Suara tangisan itu menggema mendominasi kamarku. Aku
benar-benar panik. Sekuat tenaga kucoba rubuhkan pintu berbahan plastik itu,
dan hasilnya nihil. Tangisannya pelan-pelan meredup. Kulihat kembali dari
lubang kunci, dan betapa kagetnya aku saat kulihat tubuh wanita misterius itu
kini tak utuh lagi. Berdiri lesu sesosok tubuh tanpa kepala, lehernya dipenuhi
daging yang berantakan. Dan cipratan darah segar menodai dinding-dinding
toilet.
Tubuhku benar-benar terasa bergetar dan tak bisa mengatakan
apa-apa. Saat ku alihkan mataku kearah lantai toilet, tergeletak sebuah kepala
berambut panjang bersama sebilah gergaji di sampingnya. Aku semakin berguncang
hebat, entah apa yang aku fikirkan saat itu. Rasanya aku ingin berlari ke kamar
penghuni lain untuk meminta bantuan. Tapi aku sama sekali tak bisa bergerak,
piyamaku terjepit engsel pintu.
“Haaaaaaaaa…… tolong!!!!!” aku berteriak
sekencang-kencangnya. Dengan tergesa-gesa kugigit piyamaku. Dan Seeeeeetttt,
bagian belakang piyamaku berhasil robek. Aku berlari sekencang-kencangnya
memburu pintu keluar kamar.
Creek….creeeek…..
“Arrggght….. kenapa gak bisa dibuka? Aku semakin panik.
Segera ku ambil posisi kuda-kuda dan... Bruuukkkk……
tendanganku merobohkan sebilah pintu yang terbuat dari kayu.
Nafasku terasa sesak mencium bau anyir darah yang menusuk ke
paru-paru. Tapi aku semakin menggila dan ketakutan saat kulihat pemandangan
aneh dari balik pintu kamarku.
“Ttttoilet???” tanyaku bingung. Ternyata toilet yang sama,
hanya saja yang membedakan tinggal kepala yang tergeletak dilantai.
Kepala berambut panjang itu pelan-pelan menoleh dan
menyeringai kepadaku.
“Hyaaaaa…..!"
***
Creeeekkkkk
Seseorang membuka pintu kamarku, dia mnyeringai hangat dan
mendekatiku.
“Rupanya kamu demam ya May?” sahut Bu Alina sambil
menempelkan punduk tangannya di keningku.
“Syukurlah ternyata cuma mimpi,” bisiku pelan.
Rabu, 10 Juli 2013
MENINGGAL SETELAH BERTEMU HANTU DI HOTEL ANGKER
Pada akhir bulan Februari lalu, (aga ketinggalan bbrapa bulan sih tpi ne buat kalian yg belum pernah mendengar infonya ) ada berita mengejutkan dari sebuah hotel di California. Tubuh seorang gadis bernama Elisa Lam, 21 tahun ditemukan dalam tangki air minum hotel. Yang membuat geger, Hotel Cecil tempat gadis tersebut menginap memiliki reputasi horor dan pembunuhan. Rekaman kamera CCTV menunjukkan bahwa Elisa tampak aneh saat berada dalam lift pada malam hari sebelum dia menghilang. Sampai akhirnya seorang pekerja hotel menemukan tubuh Elisa di dalam tangki air hotel.
Agak janggal menerima kenyataan bahwa selama 19 hari, tamu hotel mandi, sikat gigi, minum dan makan dengan air yang sudah terkontaminasi jenazah manusia. Kematian Elisa menyisakan pertanyaan besar. Dia menginap seorang diri di hotel saat liburan. Tidak ada hal ganjil selama dia menginap, dia juga tidak bertemu dengan siapapun. Tetapi sebuah rekaman CCTV memperlihatkan bahwa Elisa tampak aneh saat naik lift, semalam sebelum dia menghilang.
Awalnya, Elisa tampak biasa menekan tombol lift, sendirian. Kemudian dia keluar dari lift dengan gerakan aneh. Dia seperti melihat sesuatu, menghindari entah apa dan melakukan gerakan aneh lalu tampak berlari. Tidak ada kabar lain tentang Elisa hingga dia ditemukan meninggal dalam tangki air yang digunakan Hotel Cecil sebagai tangki air minum. Belum jelas apakah kasus ini merupakan pembunuhan, terpeleset, atau hal gaib lain.
Sejarah Buruk Hotel Untuk Tempat Pembunuhan
Kasus yang menimpa Elisa membuka kembali kisah lama Hotel Cecil. Hotel tua tersebut dibangun tahun 1920, sudah cukup tua. Kematian Elisa menyeret beberapa asumsi bahwa gadis itu bertemu dengan hantu atau arwah penasaran yang pernah menjadi korban pembunuhan di hotel tersebut.
Suasana saat polisi mengangkat mayat Elisa (c) Reuters
Untuk Anda ketahui, dilansir guardian.co.uk, Hotel Cecil menjadi tempat pembunuhan berantai. Beberapa tahun lalu, terjadi pembunuhan berantai yang dilakukan Richard Ramirez atau dikenal sebagai Nightstalker yang membunuh 14 orang, juga Jack Unterweger yang melakukan pembunuhan pada wanita tuna susila. Sementara berdasarkan berita di theghostdiaries.com, pada tahun 1962, terjadi kasus bunuh diri oleh Pauline Otten yang melompat dari jendela, termasuk beberapa kasus pemerkosaan terjadi di Hotel Cecil.
Tidak heran jika kematian Elisa dikaitkan dengan hal-hal gaib, karena Hotel Cecil menyimpan beberapa cerita kelam. Ada yang berasumsi bahwa kematian Elisa terkait arwah-arwah penasaran yang meninggal di hotel tersebut. Ditambah lagi, belum ada pemberitaan lanjupercaya g percaya gays, tapi coba liat deh videonya di link ini http://www.youtube.com/watch?v=3TjVBpyTeZM di jamin serem banget deh.
naahhh gays nanti klu mo nginep usahain cari tau dulu y info tentang hotel yang bakalan kalian inap, jgn sampai kejadian aneh kena kalian :) Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
Urband Legend Surabaya ( Rumah Hantu Darmo )
Warga Surabaya khususnya, pasti tau dengan
kisah seram tentang Rumah Hantu Darmo atau sering disebut RHD, Rumah
megah dengan arsitektur seni bernilai tinggi. Hanya saja
entah karena sesuatu hal, rumah megah itu nampak belum terselesaikan
bangunannya. Jika siang hari, rumah itu terlihat megah tapi tak terurus.
Pondasi dan temboknya di penuhi lumut bahkan coretan-coretan bekas ulah
manusia-manusia usil. Terkesan ada aura mistis meski siang bolong.
Berbagai versi kisah mistis mengiringi keberadaan rumah yang terletak di
perumahan elite Darmo di kawasan Surabaya Barat tepatnya di Jalan Raya
Puncak Permai. RHD semakin mencuat ketika salah satu stasiun televisi
menayangkan keangkerannya. Menurut cerita, rumah itu dulunya bekas
pembantaian. Korbannya 1 keluarga dan beberapa orang pembantu mereka
yang masih muda.
Cerita RHD memang tak dahsyat cerita Rumah Kentang atau Rumah Pondok Indah, tapi bagi masyarakat Surabaya, RHD cukup terkenal. Karena penasaran, aku dan 2 orang temanku yang memang kebetulan bernyali gede dan mempunyai kelebihan indra keenam mencoba mampir ke RHD sore hari. Jarak 100m dari bangunan, pemandangan mistis sudah menyambut kami. Ada mata-mata dunia lain yang terus memperhatikan kami. Termasuk sesosok perempuan yang berdiri di antara tiang-tiang penyangga bangunan. Jarak sekian detik sosok itu menghilang. Indra ke enam yang aku miliki memang tak setajam ke dua temanku, tapi aku masih bisa merasakan dan melihat makhluk-makhluk jenis apa yang ada di sekitaran rumah itu. Hanya aku yang cewe, sedangkan 2 temanku Rio dan Venus adalah cowo. Sore menjelang malam ketika kami masih asyik berkeliaran di halaman RHD sambil berfoto ria. Rumput yang tumbuh tinggi dan pohon-pohon kecil menambah kesan angker yang di timbulkan ketika malam menjelang. Rasa takut tetap aja muncul di hatiku. apalagi ketika sinar angkuh sang surya sudah benar-benar menghilang tergantikan cahaya lembut sang rembulan.
Tepat pukul 7 malam, kami memutuskan untuk meninggalkan RHD. Entah apa yang di lihat kedua temanku sama dengan yang aku lihat. Yang pasti saat itu aku melihat 2 bocah berlarian dan bersenda gurau di dalam bangunan. Sebelumnya 2 bocah dunia lain itu melihat kami dengan pandangan kurang senang, tapi karena memang niat kami datang ke rumah itu bukan dengan niat seperti berburu nomor togel atau apapun yang menentang akidah agama, makhluk-makhluk ghaib itu berubah cuek seperti keadaan sebelum kami menginjakan kaki di halaman RHD. Konon HRD sering juga kedatangan tamu yang tau tentang supranatural. Tempat itu oleh masyarakat setempat di jadikan ajang wisata spiritual. Mereka-mereka yang bernyali gede dan pemberani, akan datang ke tempat itu pada malam-malam tertentu. Tidak sedikit yang kesurupan karena bertujuan mengganggu dan mencoba mengusik keberadaan mereka.
Kejadian aneh memang tak kami rasakan ketika berada di rumah itu. Namun ketika aku sudah berada jauh dan pulang ke kos, hal aneh pun muncul. Tepat pukul 10 malam, aku merebahkan diri di ranjang. Menghilangkan capek dan penat. Cuci kaki dahulu sebelum akhirnya menghadap cermin untuk membersihkan wajah. Tapi ada yang aneh ketika aku menghadapkan muka ke cermin. Sekelebat bayangan melintas tepat di belakangku. Sepertinya seorang perempuan, terlihat dari geraian rambutnya yang samar-samar sempat tertangkap mata batinku (ketika berkelebat, posisi makhluk itu membelakangiku tak mau menghadap cermin). Tapi anehnya indra keenam yang aku miliki tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Entah melemah atau karena memang yang mengikutiku bukan makhluk ghaib biasa. Tak ada ketakutan yang berarti karena menurutku hal-hal seperti itu memang sudah biasa aku alami sehari-harinya. Hingga aku beranjak tidur, keanehan berlanjut. Ranjangku sempat bergetar tapi bukan ‘bergetar’ yang sesungguhnya. Dalam artian seperti ada sosok lain yang ikut merebahkan diri di kasurku dan menimbulkan goncangan kecil seperti halnya ketika aku menghempaskan tubuhku di dipan ranjang. Berulangkali aku mencoba melihat dengan indra keenamku tentang sosok berupa apa yang sedang mengikutiku, tetap saja aku gagal melakukannya. Jarak beberapa detik kemudian aku merasakan ada yang menjalar di jempol kakiku. Kaki dan badanku terasa berat. Aku berfikir cepat bahwa makhluk dari dunia lain itu berusaha merasuki jiwaku. Benar saja, beberapa saat kemudian aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Hingga pagi menjelang dan aku melihat bunda menangis di sampingku yang masih terkulai lemas. Bau bawang hingga minyak kayu putih tercium tajam. Hadir juga Rio dan Venus serta beberapa orang yang aku anggap sesepuh/paranormal. Dari cerita mereka, aku baru tau bahwa salah satu penghuni RHD ikut aku pulang dan merasukiku. Tanpa sengaja aku melakukan kesalahan kasat mata dengan menginjak wilayah salah satu dari makhluk-makhluk tersebut. Dan saat itu Rio dan Venus juga tau, tapi agaknya mereka sengaja membiarkannya. Tak ayal, sampai kos aku pun kesurupan. Konon ada aturan, jika berkunjung ke RHD dilarang dalam jumlah ganjil atau di haruskan genap. Wallahuallam ….
Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06ECerita RHD memang tak dahsyat cerita Rumah Kentang atau Rumah Pondok Indah, tapi bagi masyarakat Surabaya, RHD cukup terkenal. Karena penasaran, aku dan 2 orang temanku yang memang kebetulan bernyali gede dan mempunyai kelebihan indra keenam mencoba mampir ke RHD sore hari. Jarak 100m dari bangunan, pemandangan mistis sudah menyambut kami. Ada mata-mata dunia lain yang terus memperhatikan kami. Termasuk sesosok perempuan yang berdiri di antara tiang-tiang penyangga bangunan. Jarak sekian detik sosok itu menghilang. Indra ke enam yang aku miliki memang tak setajam ke dua temanku, tapi aku masih bisa merasakan dan melihat makhluk-makhluk jenis apa yang ada di sekitaran rumah itu. Hanya aku yang cewe, sedangkan 2 temanku Rio dan Venus adalah cowo. Sore menjelang malam ketika kami masih asyik berkeliaran di halaman RHD sambil berfoto ria. Rumput yang tumbuh tinggi dan pohon-pohon kecil menambah kesan angker yang di timbulkan ketika malam menjelang. Rasa takut tetap aja muncul di hatiku. apalagi ketika sinar angkuh sang surya sudah benar-benar menghilang tergantikan cahaya lembut sang rembulan.
Tepat pukul 7 malam, kami memutuskan untuk meninggalkan RHD. Entah apa yang di lihat kedua temanku sama dengan yang aku lihat. Yang pasti saat itu aku melihat 2 bocah berlarian dan bersenda gurau di dalam bangunan. Sebelumnya 2 bocah dunia lain itu melihat kami dengan pandangan kurang senang, tapi karena memang niat kami datang ke rumah itu bukan dengan niat seperti berburu nomor togel atau apapun yang menentang akidah agama, makhluk-makhluk ghaib itu berubah cuek seperti keadaan sebelum kami menginjakan kaki di halaman RHD. Konon HRD sering juga kedatangan tamu yang tau tentang supranatural. Tempat itu oleh masyarakat setempat di jadikan ajang wisata spiritual. Mereka-mereka yang bernyali gede dan pemberani, akan datang ke tempat itu pada malam-malam tertentu. Tidak sedikit yang kesurupan karena bertujuan mengganggu dan mencoba mengusik keberadaan mereka.
Kejadian aneh memang tak kami rasakan ketika berada di rumah itu. Namun ketika aku sudah berada jauh dan pulang ke kos, hal aneh pun muncul. Tepat pukul 10 malam, aku merebahkan diri di ranjang. Menghilangkan capek dan penat. Cuci kaki dahulu sebelum akhirnya menghadap cermin untuk membersihkan wajah. Tapi ada yang aneh ketika aku menghadapkan muka ke cermin. Sekelebat bayangan melintas tepat di belakangku. Sepertinya seorang perempuan, terlihat dari geraian rambutnya yang samar-samar sempat tertangkap mata batinku (ketika berkelebat, posisi makhluk itu membelakangiku tak mau menghadap cermin). Tapi anehnya indra keenam yang aku miliki tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Entah melemah atau karena memang yang mengikutiku bukan makhluk ghaib biasa. Tak ada ketakutan yang berarti karena menurutku hal-hal seperti itu memang sudah biasa aku alami sehari-harinya. Hingga aku beranjak tidur, keanehan berlanjut. Ranjangku sempat bergetar tapi bukan ‘bergetar’ yang sesungguhnya. Dalam artian seperti ada sosok lain yang ikut merebahkan diri di kasurku dan menimbulkan goncangan kecil seperti halnya ketika aku menghempaskan tubuhku di dipan ranjang. Berulangkali aku mencoba melihat dengan indra keenamku tentang sosok berupa apa yang sedang mengikutiku, tetap saja aku gagal melakukannya. Jarak beberapa detik kemudian aku merasakan ada yang menjalar di jempol kakiku. Kaki dan badanku terasa berat. Aku berfikir cepat bahwa makhluk dari dunia lain itu berusaha merasuki jiwaku. Benar saja, beberapa saat kemudian aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Hingga pagi menjelang dan aku melihat bunda menangis di sampingku yang masih terkulai lemas. Bau bawang hingga minyak kayu putih tercium tajam. Hadir juga Rio dan Venus serta beberapa orang yang aku anggap sesepuh/paranormal. Dari cerita mereka, aku baru tau bahwa salah satu penghuni RHD ikut aku pulang dan merasukiku. Tanpa sengaja aku melakukan kesalahan kasat mata dengan menginjak wilayah salah satu dari makhluk-makhluk tersebut. Dan saat itu Rio dan Venus juga tau, tapi agaknya mereka sengaja membiarkannya. Tak ayal, sampai kos aku pun kesurupan. Konon ada aturan, jika berkunjung ke RHD dilarang dalam jumlah ganjil atau di haruskan genap. Wallahuallam ….
10 Tanda Kehadiran Makhluk Gaib di Sekitar Kita
Nah,
ternyata ada tanda-tanda yang menunjukkan kehadiran makhluk halus,
walaupun Anda tak dapat melihatnya. Apa sajakah tanda itu?
Tanda 1:
Tiba-tiba ada angin yang lewat dan semilir, padahal Anda tahu benar ruangan tersebut tak memiliki akses keluar masuk angin. Tak berapa lama, tengkuk atau bagian tubuh lain jadi merinding.
Tanda 2:
Aroma wewangian bunga, menyan, hio yang dibakar, ubi-ubian bakar, atau bau tak sedap (apek) yang menunjukkan ada makhluk sedang lewat atau berdiam di tempat tersebut.
Tanda 3:
Bila aromanya seperti amis darah, konon ada Sundel Bolong yang sedang lewat.
Tanda 4:
Lolongan anjing di malam hari, menunjukkan ada makhluk halus yang sedang lewat. Dan apabila lolongan tersebut ternyata berada di tempat yang agak jauh, artinya si anjing itu yang telah melihatnya.
Tanda 5:
Apabila ada aroma menyengat seperti bekas pembakaran, artinya ada hantu yang tubuhnya sudah rusak tak sempurna. Biasanya ia mati akibat luka bakar.
Tanda 6:
Tiba-tiba benda yang diam bergerak sendiri, padahal tidak diangkat, dan tidak ada gempa. Biasanya hantu yang usil senang memainkan barang-barang dan mengganggu manusia yang ada di tempat tertentu.
Tanda 7:
Masuk ke sebuah ruangan, Anda merasakan ruangan itu terkesan suram dan lusuh. Ruangan ini seringkali dijadikan tempat yang ditunggu oleh makhluk halus.
Tanda 8:
Terkadang ada aroma tembakau yang kering dan siap dilinting pada kertas. Dan bau itu muncul di tengah-tengah ruangan yang tak ada akses tembakau apapun, tandanya ada hantu orang yang sangat sepuh (tua) sedang melintas di sana.
Tanda 9:
Saat lewat di persimpangan jalan atau di pekuburan tiba-tiba motor atau mobil yang Anda bawa terasa berat. Jangan berteriak dan berhenti. Santai saja, dan terus berjalan sampai melewati jembatan atau pekuburan selanjutnya. Biasanya, ada kuntilanak yang numpang di kendaraan Anda.
Tanda 10:
Saat ada kupu-kupu datang dan masuk ke dalam rumah serta hinggap pada anak kecil, konon saat itu arwah nenek moyang/kakek/nenek sedang datang berkunjung dan kangen anggota keluarganya. Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»» Baca Selengkapnya » ...
Tanda 1:
Tiba-tiba ada angin yang lewat dan semilir, padahal Anda tahu benar ruangan tersebut tak memiliki akses keluar masuk angin. Tak berapa lama, tengkuk atau bagian tubuh lain jadi merinding.
Tanda 2:
Aroma wewangian bunga, menyan, hio yang dibakar, ubi-ubian bakar, atau bau tak sedap (apek) yang menunjukkan ada makhluk sedang lewat atau berdiam di tempat tersebut.
Tanda 3:
Bila aromanya seperti amis darah, konon ada Sundel Bolong yang sedang lewat.
Tanda 4:
Lolongan anjing di malam hari, menunjukkan ada makhluk halus yang sedang lewat. Dan apabila lolongan tersebut ternyata berada di tempat yang agak jauh, artinya si anjing itu yang telah melihatnya.
Tanda 5:
Apabila ada aroma menyengat seperti bekas pembakaran, artinya ada hantu yang tubuhnya sudah rusak tak sempurna. Biasanya ia mati akibat luka bakar.
Tanda 6:
Tiba-tiba benda yang diam bergerak sendiri, padahal tidak diangkat, dan tidak ada gempa. Biasanya hantu yang usil senang memainkan barang-barang dan mengganggu manusia yang ada di tempat tertentu.
Tanda 7:
Masuk ke sebuah ruangan, Anda merasakan ruangan itu terkesan suram dan lusuh. Ruangan ini seringkali dijadikan tempat yang ditunggu oleh makhluk halus.
Tanda 8:
Terkadang ada aroma tembakau yang kering dan siap dilinting pada kertas. Dan bau itu muncul di tengah-tengah ruangan yang tak ada akses tembakau apapun, tandanya ada hantu orang yang sangat sepuh (tua) sedang melintas di sana.
Tanda 9:
Saat lewat di persimpangan jalan atau di pekuburan tiba-tiba motor atau mobil yang Anda bawa terasa berat. Jangan berteriak dan berhenti. Santai saja, dan terus berjalan sampai melewati jembatan atau pekuburan selanjutnya. Biasanya, ada kuntilanak yang numpang di kendaraan Anda.
Tanda 10:
Saat ada kupu-kupu datang dan masuk ke dalam rumah serta hinggap pada anak kecil, konon saat itu arwah nenek moyang/kakek/nenek sedang datang berkunjung dan kangen anggota keluarganya. Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
RUMAH BERHANTU
Desember
2004, ini adalah tahun terburuk dalam kehidupanku. Rumah yang sudah
bertahun-tahun kami huni harus kami tinggalkan untuk biaya pengobatan
ayahku. Akhirnya kami pindah ke sebuah rumah kontrakan yang sederhana.
Seram…sunyi dan membuat bulu kudukku berdiri ketika pertama kali aku melihat…
rumah itu.apalagi ditambah pohon lengkeng yang lebat menambah angkernya rumah itu. “Hah…malam kali ya belum dipasang lampu.”, begitu kataku dalam hati. Apalagi ketika aku memasuki rumah, “rumah yang sangat seram”, dan aku merasakan sangat tidak nyaman ketika berada disana. “Ayo ma kita pulang, besok baru kita kesini lagi” kataku. Ketika aku akan mengunci pintu rumah, aku merasa seperti ada seseorang yang mengawasiku. Ku rasakan bulu tangan ku berdiri semua, seperti ada seseorang yang menyentuh tanganku dingiiin sekali, lama aku memandang rumah itu sebelum aku pulang,. “ma kenapa sih harus rumah yang itu?! Apa ga ada lagi rumah yang lebih bagus?” kataku menggerutu. “Gimana lagi rumah nya sudah dibayar lunas, barang-barang juga sudah dipindahkan” kata mamaku. “iya tapi rumah itu ngeri!!!” kataku dengan setengah berteriak.”udah udah gak usah ribut, beresin aja baju kamu sana!!” kata mamaku.
Ya, kami memang menumpang tinggal sementara di rumah tanteku sebelum kami mendapat kontrakan. Siang itu akhirnya kami semua pindah ke rumah kontrakan kami yang baru, bau apek yang sangat menyengat seperti rumah yang sudah bertahun-tahun tidak berpenghuni. “ih… bau, bau apa sih ini?” “iya bau!!!” kata adik-adikku. Aku cuma bisa terdiam “yah mau apa lagi, kami memang harus tinggal disini”, batinku.
Satu bulan sudah aku disini. Tapi rasa takut ku belum juga hilang, seolah ada yang terus mengawasiku di rumah ini. Tapi aku tudak tahu itu siapa, aku hanya bisa merasakan tanpa bisa melihatnya. “Ty…ty…”, kata papa ku memanggilku. “Tolong pijitin papa”, katanya lagi. Kemudian aku terbangun, ketika itu waktu menunjukkan pukul satu. Ya papa ku memang sudah lama sakit, dan hampir setiap malam kami anak-anaknya bergantian untuk memijit papa. Dan hari ini adalah giliranku untuk memijitnya, waktu menunjukkan pukul 2 ketika aku baru saja selesai memijit papaku.
Aku kembali ke kamar untuk tidur, ketika aku berjalan ke kamar. Aku merasa seseorang mengikutiku dari belakang. Kupalingkan wajahku kebelakang, tapi tidak ada siapa-siapa. Cepat-cepat aku berlari ke kamar, kunyalakan lampu kamarku. Tapi tiba-tiba “tuk!!!”, lampu di kamarku putus dan tidak bisa menyala. Jantungku semakin berdetak kencang, keringat dingin mengalir di dahiku dan aku merasa tiupan angin meniup telingaku. Cepat-cepat aku memejamkan mata, aku ingin hari segera pagi.
“Krek…krekkk…”, jantungku semakin bertedetak lebih kencang, aku merasa ada seseorang yang merangkak naik ke atas kasurku. Aku takut, tapi aku merasa penasaran. Aku lalu membuka mataku perlahan, tapi….tapi…!!!. Aku tercengang tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku ingin berteriak dan berlari, tapi lidah dan kakiku terasa kaku dan tidak bisa bergerak. Sesosok wanita berambut panjang berbaju putih berjalan menggeret kakinya. Kuku-kuku yang panjang dan hitam menyentuh kakiku, tangan itu dingiiiiinnn sekaliiii…!!!, dan merangkak naik ke atas kasurku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan membaca ayat-ayat yang kutahu dalam hati. Pikiran ku kosong, hanya ayat-ayat alqur’an yang mengisi kepalaku. Perlahan aku merasakan sentuhan tangan itu menjauh dari ku. Aku lalu membuka mata dengan perlahan, dan aku tidak bisa memejamkan mata sampai adzan subuh berkomandang. Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»» Baca Selengkapnya » ...
Seram…sunyi dan membuat bulu kudukku berdiri ketika pertama kali aku melihat…
rumah itu.apalagi ditambah pohon lengkeng yang lebat menambah angkernya rumah itu. “Hah…malam kali ya belum dipasang lampu.”, begitu kataku dalam hati. Apalagi ketika aku memasuki rumah, “rumah yang sangat seram”, dan aku merasakan sangat tidak nyaman ketika berada disana. “Ayo ma kita pulang, besok baru kita kesini lagi” kataku. Ketika aku akan mengunci pintu rumah, aku merasa seperti ada seseorang yang mengawasiku. Ku rasakan bulu tangan ku berdiri semua, seperti ada seseorang yang menyentuh tanganku dingiiin sekali, lama aku memandang rumah itu sebelum aku pulang,. “ma kenapa sih harus rumah yang itu?! Apa ga ada lagi rumah yang lebih bagus?” kataku menggerutu. “Gimana lagi rumah nya sudah dibayar lunas, barang-barang juga sudah dipindahkan” kata mamaku. “iya tapi rumah itu ngeri!!!” kataku dengan setengah berteriak.”udah udah gak usah ribut, beresin aja baju kamu sana!!” kata mamaku.
Ya, kami memang menumpang tinggal sementara di rumah tanteku sebelum kami mendapat kontrakan. Siang itu akhirnya kami semua pindah ke rumah kontrakan kami yang baru, bau apek yang sangat menyengat seperti rumah yang sudah bertahun-tahun tidak berpenghuni. “ih… bau, bau apa sih ini?” “iya bau!!!” kata adik-adikku. Aku cuma bisa terdiam “yah mau apa lagi, kami memang harus tinggal disini”, batinku.
Satu bulan sudah aku disini. Tapi rasa takut ku belum juga hilang, seolah ada yang terus mengawasiku di rumah ini. Tapi aku tudak tahu itu siapa, aku hanya bisa merasakan tanpa bisa melihatnya. “Ty…ty…”, kata papa ku memanggilku. “Tolong pijitin papa”, katanya lagi. Kemudian aku terbangun, ketika itu waktu menunjukkan pukul satu. Ya papa ku memang sudah lama sakit, dan hampir setiap malam kami anak-anaknya bergantian untuk memijit papa. Dan hari ini adalah giliranku untuk memijitnya, waktu menunjukkan pukul 2 ketika aku baru saja selesai memijit papaku.
Aku kembali ke kamar untuk tidur, ketika aku berjalan ke kamar. Aku merasa seseorang mengikutiku dari belakang. Kupalingkan wajahku kebelakang, tapi tidak ada siapa-siapa. Cepat-cepat aku berlari ke kamar, kunyalakan lampu kamarku. Tapi tiba-tiba “tuk!!!”, lampu di kamarku putus dan tidak bisa menyala. Jantungku semakin berdetak kencang, keringat dingin mengalir di dahiku dan aku merasa tiupan angin meniup telingaku. Cepat-cepat aku memejamkan mata, aku ingin hari segera pagi.
“Krek…krekkk…”, jantungku semakin bertedetak lebih kencang, aku merasa ada seseorang yang merangkak naik ke atas kasurku. Aku takut, tapi aku merasa penasaran. Aku lalu membuka mataku perlahan, tapi….tapi…!!!. Aku tercengang tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku ingin berteriak dan berlari, tapi lidah dan kakiku terasa kaku dan tidak bisa bergerak. Sesosok wanita berambut panjang berbaju putih berjalan menggeret kakinya. Kuku-kuku yang panjang dan hitam menyentuh kakiku, tangan itu dingiiiiinnn sekaliiii…!!!, dan merangkak naik ke atas kasurku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan membaca ayat-ayat yang kutahu dalam hati. Pikiran ku kosong, hanya ayat-ayat alqur’an yang mengisi kepalaku. Perlahan aku merasakan sentuhan tangan itu menjauh dari ku. Aku lalu membuka mata dengan perlahan, dan aku tidak bisa memejamkan mata sampai adzan subuh berkomandang. Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
PENGHUNI GUDANG TUA PART 2
“Jangan
bercanda ah, gak lucu tau gak…?!” sahut Defri, “Tapi gue gak bisa
jalan…” balas Fanes. Mereka menoleh ke belakang bersamaan, mulutnya
telah siap untuk berteriak, sampai… “Oh, ternyata ke injek sendiri…
Sorry sorry, say… gue gak tau…” kata Fanes, nyengir. “Tuh kan… Talinya
malah lo injek ndiri… Makanya kalo jalan
tuh lihat-lihat donk !” ucap Defri. Tiba-tiba… sekelebat bayangan hitam
muncul dihadapan mereka, mereka berteriak kencang. “Aaaaaaa !!!
Setaaaan !!” Lalu keduanya berlari, menuju gerbang.
“Lo denger ada teriakan gak tadi…?” tanya Gladies, yang sedang mengamati dinding-dinding disampingnya. “Halah, perasaan lo aja… Lupain…” kata Razta. Tiba-tiba, Gladies mendengar suara kemresek pelan di suatu pintu disampingnya. “Ta, dengerin deh…” katanya, menyuruh Razta menghampiri.
“Apa ?” Razta juga mendengar suara itu, “Cuma angin… gak usah dipikirin…” jawabnya, wajahnya terlihat gelisah. “Ta, nih kan udah tengah malem… Biasanya kalo udah tengah malem… setan-setan pada keluar… Gue takut niih…” ujar Gladies, matanya berkaca-kaca.
“Udahlah… Lagian nih kan jam 12 lebih… Bukan tengah malem lagi…” jawab Razta, dia merasa ada yang lewat dibelakangnya, dia langsung menoleh. Hawanya terasa dingin. “Kok jadi dingin ya, Dies…?” katanya. “Ya iyalah… malem ini…” jawab Gladies. “Perasaan gue gak enak, Dies…” ucap Razta. “Jangan bercanda ah…!” Gladies menyahut. “Kayaknya ada sesuatu di belakang gue…” gumam Razta, berkeringat. Perlahan, Gladies memberanikan diri menoleh ke belakang. Jantungnya berdetak kencang saat sesosok bertubuh tinggi besar hitam berdiri membelakangi dia dan Razta. Gladies menatap Razta. “Ada apa ?” tanya Razta pelan.
“Gue nyerah, Ta… Kita balik yuuuk…” Gladies menggumam. Dan mereka menoleh ke belakang bersama. “Berarti kita kalah donk…” Razta bergumam. “Permisi, nggeh… amit-amiit…” ucap Razta pelan sambil membungkuk di belakang sosok itu, disusul oleh Gladies, berjalan cepat kembali ke pintu gerbang. “Serem juga ya punggung setan… gedhe…” gerutu Razta, mengelap keringatnya. Ketika akan keluar, Gladies melihat ada yang melambai ke arahnya, dia menoleh. “Hiiii….” katanya, memandang takut dan jijik sosok perempuan berbaju putih dipojok ruangan, wajahnya hancur ! “Ta, kalo jalan kapan nyampenya ? Lari aja deeh…” bisik Gladies, yang langsung berlari, “eh, tunggu…!” sahut Razta, ikutan berlari.
. . .
“Barang-barang disini antik juga… dulunya tempat apa sih ini ?” tanya Melly pada Aldi yang sedang berdiri disampingnya. “M… dulunya sih, ini gedung kantoran… terus bangkrut, jadi pabrik gitu deh… Abiz itu, kalo gak salah sih ada kebakaran disini…” Aldi menjelaskan.
“Ehm, kebakaran ? Kok barangnya masih ada yang bagus ? Kok gak hangus ??” tanya Melly penasaran. “Tauk deh… ada yang bersihin kali…” jawab Aldi seenaknya.
“Ngarang lo !!” Tiba-tiba, Aldi merasa ada yang menepuk punggungnya. Dia langsung menoleh… kosong.
Baim berhadapan dengan sebuah pintu, anehnya, sesaat dalam pintu itu selalu mengeluarkan suara. Baim mengumpulkan keberanian, dan mendekat. Telinganya mendengarkan dengan seksama. Bulu kuduknya berdiri. Bayangan putih lewat disampingnya. Dia menoleh, tak ada. Kemudian dia mencoba membuka pintu itu. … Tak lama kemudian, pintunya terbuka, dia merasakan hawa dingin berhembus dari dalam ruangan. Baim semakin masuk ke dalam, semakin dalam. Dia berpapasan dengan seorang anak kecil, duduk sendiri membelakanginya di ujung ruangan. Perlahan Baim mendekati, hingga… anak itu menoleh, mulutnya mengeluarkan banyak darah. Baim terdorong mundur, dan dia berteriak, berlari menjauh.
“Ini jam berapa, Di ?” tanya Melly. “01.20…” jawab Aldi. Mereka mendengar teriakan, dan langsung menoleh. Dilihatnya Baim yang berlari menghampiri mereka. “Kenapa, Im ?” tanya Aldi, “setaan…” jawab Baim, berkeringat. “Ah, Di… Mel… Lebih baik kita keluar… Di belakang lo… Itu, ada… set, set, set… an….” Kata Baim, menunjuk sesosok pocong dibelakang Aldi dan Melly. Mereka menoleh, “Di… Gue takut…” gerutu Melly. Aldi langsung menggenggam tangannya. “Aaaaaaaa !!!” mereka berteriak dan berlari, keluar dari gedung itu.
Siang hari, di tempat kos Aldi. “Ternyata, gak ada ya yang bisa tahan disana ampe 2 jam…” ucap Aldi, melamun diatas kursi dekat jendela. “Yang adain aja gak bisa…!” sahut Fanes, “ah, udahlah… yang penting kan kita masih selamat…” lanjut Gladies, sambil meneguk minumannya.
“Gila aja…! Gue disana lihat bayangan item, gedhe… didepan gue lagi…” kata Defri, “nah, gue lihat sosok gedhe, item, tinggi pula… nyeremin deh…” tambah Razta, “bukan cuma itu, kita juga lihat perempuan pake baju putih, wajahnya nyeremin…” Gladies menambahi.
“Mending ! Nah gue, udah ketemu tuyul, terus pocong pula !! Mrinding gue…” kata Baim, tak kalah seru. “Ngapain sih lo, Mel ? Daritadi diem mulu…” tanya Fanes yang melihat Melly sedari tadi memandang hpnya.
“M… sini deh, kalian lihat…” kata Melly, semua mendekatinya. “Pas gue, Fanes ma Gladies foto, tuh kan cuma bertiga… kalian lihat deh, dibelakang Gladies ada apanya…” Melly menjelaskan, Gladies dan Fanes merebut hpnya dan melihat foto itu. Jantung mereka berdetak kencang.
“Kayak… kuntilanak…” ucap Gladies pelan. “Masa sih ?” tanya Razta penasaran, lalu mereka memberikan hpnya. “Wah, iya niih… kayak mak kunti…” lanjut Defri.
“Mana sih… Lihat…!” ucap Aldi dan Baim, lalu… “Weew… beneran…! Mending hapus aja deh… dari pada kebayang terus… hapus gih…” kata Baim, memberikan hp itu pada Melly. Melly segera menghapusnya, tapi… “Duuh, kok eror ? Gak bisa dihapus… Eh, bentar-” ucapnya tertahan. Kemudian dia menghapus foto yang lain, bisa. Lalu kembali menghapus foto yang tadi, tapi tak bisa. “Gak bisa dihapus nih… gimana donk ? yang lainnya aja bisa dihapus kok…” gumamnya, sedikit ketakutan. “Eh, tunggu… kok ada foto yang lain… sumpeh, gue gak ngerasa punya foto ini…” lanjutnya.
“Foto apaan sih ?” tanya Aldi penasaran.
“Ini… set,setan…” jawab Melly pelan. “Serius lo ?” ucap Defri. Mereka berpandangan, jantung mereka berdetak kencang. Hawa dingin terasa di kamar itu. “jangan-janagn kita di terror…” Razta asal ceplos. “Gimana nih ? gue takut…” balas Fanes. “Gue kan udah bilang ! Kita tuh gak usah foto segala… Gini deh jadinya…!” bantah Melly pada Gladies. “Eh, jelas-jelas lo gak ngomong gitu ya !! Lo cuma ngomong, jangan foto bertiga ! Gak usah lebai deh…” Gladies membalas, tak kalah keras suaranya.
“Hey, udahlah !! Gak ada gunanya berantem !” Baim menengahi.
“Terus gimana ?” tanya Razta.
“Ini semua gara-gara lo, Di…! Lo kan yang punya ide gila buat di gedung itu…?!” Defri marah.
“Heh, lagian kan gue udah bilang waktu itu, kalo gak ikut juga gak apa-apa… Gak ada yang maksa !! Ya salah lo ndiri…!” Aldi membalas.
“Heh, udahlah !! Harus ya berantem terus ?!” Baim kembali menengahi. “Kalo emang bener di terror, sekarang gimana caranya kita lolos dari terror ini…?” lanjutnya. Ketika Melly akan mengambil minum di meja, tiba-tiba dia melihat sosok putih melewatinya, bulu kuduknya langsung berdiri, dia memejamkan matanya sejenak. “Kenapa, Mel ?” tanya Aldi. “Gak… gak… gak apa-apa…” jawabnya parau, lalu duduk disamping Aldi.
“Apa kita harus kesana lagi, buat minta izin ma penghuni-penghuninya… Waktu itu kan kita asal masuk aja…” ucap Razta. “Minta izin gimana ? Emang lo bisa ngomong ma setan ?” Aldi bertanya. “Minta bantuan dukun aja…” Defri memberi usul.
“Lo percaya dukun…?” tanya Gladies, “gak ada salahnya kan…” lanjut Defri. “Dukun ? M… gue ada sih kenalan dukun gitu…” Baim menambahi.
. . .
“Gini lho mbah… kita itu kan kemarin malam masuk ke gedung tua dipojok jalan sana… Dan hari ini kita merasa kayak di terror, mbah… sama penghuni-penghuninya… gimana ?” Baim bertanya pada dukun itu, saat ini mereka berada dirumah sang dukun. Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
»» Baca Selengkapnya » ...
“Lo denger ada teriakan gak tadi…?” tanya Gladies, yang sedang mengamati dinding-dinding disampingnya. “Halah, perasaan lo aja… Lupain…” kata Razta. Tiba-tiba, Gladies mendengar suara kemresek pelan di suatu pintu disampingnya. “Ta, dengerin deh…” katanya, menyuruh Razta menghampiri.
“Apa ?” Razta juga mendengar suara itu, “Cuma angin… gak usah dipikirin…” jawabnya, wajahnya terlihat gelisah. “Ta, nih kan udah tengah malem… Biasanya kalo udah tengah malem… setan-setan pada keluar… Gue takut niih…” ujar Gladies, matanya berkaca-kaca.
“Udahlah… Lagian nih kan jam 12 lebih… Bukan tengah malem lagi…” jawab Razta, dia merasa ada yang lewat dibelakangnya, dia langsung menoleh. Hawanya terasa dingin. “Kok jadi dingin ya, Dies…?” katanya. “Ya iyalah… malem ini…” jawab Gladies. “Perasaan gue gak enak, Dies…” ucap Razta. “Jangan bercanda ah…!” Gladies menyahut. “Kayaknya ada sesuatu di belakang gue…” gumam Razta, berkeringat. Perlahan, Gladies memberanikan diri menoleh ke belakang. Jantungnya berdetak kencang saat sesosok bertubuh tinggi besar hitam berdiri membelakangi dia dan Razta. Gladies menatap Razta. “Ada apa ?” tanya Razta pelan.
“Gue nyerah, Ta… Kita balik yuuuk…” Gladies menggumam. Dan mereka menoleh ke belakang bersama. “Berarti kita kalah donk…” Razta bergumam. “Permisi, nggeh… amit-amiit…” ucap Razta pelan sambil membungkuk di belakang sosok itu, disusul oleh Gladies, berjalan cepat kembali ke pintu gerbang. “Serem juga ya punggung setan… gedhe…” gerutu Razta, mengelap keringatnya. Ketika akan keluar, Gladies melihat ada yang melambai ke arahnya, dia menoleh. “Hiiii….” katanya, memandang takut dan jijik sosok perempuan berbaju putih dipojok ruangan, wajahnya hancur ! “Ta, kalo jalan kapan nyampenya ? Lari aja deeh…” bisik Gladies, yang langsung berlari, “eh, tunggu…!” sahut Razta, ikutan berlari.
. . .
“Barang-barang disini antik juga… dulunya tempat apa sih ini ?” tanya Melly pada Aldi yang sedang berdiri disampingnya. “M… dulunya sih, ini gedung kantoran… terus bangkrut, jadi pabrik gitu deh… Abiz itu, kalo gak salah sih ada kebakaran disini…” Aldi menjelaskan.
“Ehm, kebakaran ? Kok barangnya masih ada yang bagus ? Kok gak hangus ??” tanya Melly penasaran. “Tauk deh… ada yang bersihin kali…” jawab Aldi seenaknya.
“Ngarang lo !!” Tiba-tiba, Aldi merasa ada yang menepuk punggungnya. Dia langsung menoleh… kosong.
Baim berhadapan dengan sebuah pintu, anehnya, sesaat dalam pintu itu selalu mengeluarkan suara. Baim mengumpulkan keberanian, dan mendekat. Telinganya mendengarkan dengan seksama. Bulu kuduknya berdiri. Bayangan putih lewat disampingnya. Dia menoleh, tak ada. Kemudian dia mencoba membuka pintu itu. … Tak lama kemudian, pintunya terbuka, dia merasakan hawa dingin berhembus dari dalam ruangan. Baim semakin masuk ke dalam, semakin dalam. Dia berpapasan dengan seorang anak kecil, duduk sendiri membelakanginya di ujung ruangan. Perlahan Baim mendekati, hingga… anak itu menoleh, mulutnya mengeluarkan banyak darah. Baim terdorong mundur, dan dia berteriak, berlari menjauh.
“Ini jam berapa, Di ?” tanya Melly. “01.20…” jawab Aldi. Mereka mendengar teriakan, dan langsung menoleh. Dilihatnya Baim yang berlari menghampiri mereka. “Kenapa, Im ?” tanya Aldi, “setaan…” jawab Baim, berkeringat. “Ah, Di… Mel… Lebih baik kita keluar… Di belakang lo… Itu, ada… set, set, set… an….” Kata Baim, menunjuk sesosok pocong dibelakang Aldi dan Melly. Mereka menoleh, “Di… Gue takut…” gerutu Melly. Aldi langsung menggenggam tangannya. “Aaaaaaaa !!!” mereka berteriak dan berlari, keluar dari gedung itu.
Siang hari, di tempat kos Aldi. “Ternyata, gak ada ya yang bisa tahan disana ampe 2 jam…” ucap Aldi, melamun diatas kursi dekat jendela. “Yang adain aja gak bisa…!” sahut Fanes, “ah, udahlah… yang penting kan kita masih selamat…” lanjut Gladies, sambil meneguk minumannya.
“Gila aja…! Gue disana lihat bayangan item, gedhe… didepan gue lagi…” kata Defri, “nah, gue lihat sosok gedhe, item, tinggi pula… nyeremin deh…” tambah Razta, “bukan cuma itu, kita juga lihat perempuan pake baju putih, wajahnya nyeremin…” Gladies menambahi.
“Mending ! Nah gue, udah ketemu tuyul, terus pocong pula !! Mrinding gue…” kata Baim, tak kalah seru. “Ngapain sih lo, Mel ? Daritadi diem mulu…” tanya Fanes yang melihat Melly sedari tadi memandang hpnya.
“M… sini deh, kalian lihat…” kata Melly, semua mendekatinya. “Pas gue, Fanes ma Gladies foto, tuh kan cuma bertiga… kalian lihat deh, dibelakang Gladies ada apanya…” Melly menjelaskan, Gladies dan Fanes merebut hpnya dan melihat foto itu. Jantung mereka berdetak kencang.
“Kayak… kuntilanak…” ucap Gladies pelan. “Masa sih ?” tanya Razta penasaran, lalu mereka memberikan hpnya. “Wah, iya niih… kayak mak kunti…” lanjut Defri.
“Mana sih… Lihat…!” ucap Aldi dan Baim, lalu… “Weew… beneran…! Mending hapus aja deh… dari pada kebayang terus… hapus gih…” kata Baim, memberikan hp itu pada Melly. Melly segera menghapusnya, tapi… “Duuh, kok eror ? Gak bisa dihapus… Eh, bentar-” ucapnya tertahan. Kemudian dia menghapus foto yang lain, bisa. Lalu kembali menghapus foto yang tadi, tapi tak bisa. “Gak bisa dihapus nih… gimana donk ? yang lainnya aja bisa dihapus kok…” gumamnya, sedikit ketakutan. “Eh, tunggu… kok ada foto yang lain… sumpeh, gue gak ngerasa punya foto ini…” lanjutnya.
“Foto apaan sih ?” tanya Aldi penasaran.
“Ini… set,setan…” jawab Melly pelan. “Serius lo ?” ucap Defri. Mereka berpandangan, jantung mereka berdetak kencang. Hawa dingin terasa di kamar itu. “jangan-janagn kita di terror…” Razta asal ceplos. “Gimana nih ? gue takut…” balas Fanes. “Gue kan udah bilang ! Kita tuh gak usah foto segala… Gini deh jadinya…!” bantah Melly pada Gladies. “Eh, jelas-jelas lo gak ngomong gitu ya !! Lo cuma ngomong, jangan foto bertiga ! Gak usah lebai deh…” Gladies membalas, tak kalah keras suaranya.
“Hey, udahlah !! Gak ada gunanya berantem !” Baim menengahi.
“Terus gimana ?” tanya Razta.
“Ini semua gara-gara lo, Di…! Lo kan yang punya ide gila buat di gedung itu…?!” Defri marah.
“Heh, lagian kan gue udah bilang waktu itu, kalo gak ikut juga gak apa-apa… Gak ada yang maksa !! Ya salah lo ndiri…!” Aldi membalas.
“Heh, udahlah !! Harus ya berantem terus ?!” Baim kembali menengahi. “Kalo emang bener di terror, sekarang gimana caranya kita lolos dari terror ini…?” lanjutnya. Ketika Melly akan mengambil minum di meja, tiba-tiba dia melihat sosok putih melewatinya, bulu kuduknya langsung berdiri, dia memejamkan matanya sejenak. “Kenapa, Mel ?” tanya Aldi. “Gak… gak… gak apa-apa…” jawabnya parau, lalu duduk disamping Aldi.
“Apa kita harus kesana lagi, buat minta izin ma penghuni-penghuninya… Waktu itu kan kita asal masuk aja…” ucap Razta. “Minta izin gimana ? Emang lo bisa ngomong ma setan ?” Aldi bertanya. “Minta bantuan dukun aja…” Defri memberi usul.
“Lo percaya dukun…?” tanya Gladies, “gak ada salahnya kan…” lanjut Defri. “Dukun ? M… gue ada sih kenalan dukun gitu…” Baim menambahi.
. . .
“Gini lho mbah… kita itu kan kemarin malam masuk ke gedung tua dipojok jalan sana… Dan hari ini kita merasa kayak di terror, mbah… sama penghuni-penghuninya… gimana ?” Baim bertanya pada dukun itu, saat ini mereka berada dirumah sang dukun. Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-komentar-facebook-di-blog.html#ixzz25JVfr06E
Langganan:
Postingan (Atom)